Mangongkal Holi, Memindah dan Mengubur Tulang

Upacara mangongkal holi adalah memindahkan dan mengubur tulang orang meninggal ke batu napir atau bangunan yang lebih tinggi dan mewah dari makam sebelumnya.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Apr 2010, 08:24 WIB
Liputan6.com, Toba Samosir: Pada masyarakat Batak banyak upacara adat siklus kehidupan dari lahir, dewasa sampai kematian. Salah satu tradisi masyarakat Batak adalah penggalian atau pemindahan tulang belulang ke suatu tempat atau tugu atau biasa disebut mangongkal holi.

Dalam bahasa Batak Toba, holi berarti tulang yaitu tulang tengkorak. Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan adat Batak Dalihan Natolu, upacara mangongkal holi adalah memindahkan dan mengubur tulang orang meninggal ke batu napir atau bangunan yang lebih tinggi dan mewah dari makam sebelumnya.

Batu napir adalah bangunan kuburan yang terbuat dari batu yang di dalamnya disediakan kapling-kapling kuburan sejumlah orang yang memiliki hubungan satu silsilah. Ritual mangongkal holi dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua termasuk di dalamnya kakek dan leluhur.

Selepas memindahkan tulang belulang, acara dirangkai dengan pesta adat. Kepala suku mengenakan ulos dan ponding atau ulos yang dibentuk mahkota di kepala. Kemudian manortor mengelilingi sebuah pohon beringin buatan sebanyak tiga kali. Beringin merupakan simbol kebersamaan.

Uniknya, mereka juga menyiapkan uang saweran sambil manortor. Selain itu, mereka menyiapkan hodong atau pohon uang yang disusun terselip di batang bambu. Uang itu simbol dukungan materi untuk pesta adat besar. Ada juga uang yang ditaruh di piring disertai beras yang diletakkan di atas kepala diiringi tortor.

Keseluruhan rangkaian acara diiringi musik tradisional Batak yang terdiri dari sarune, Ogung, serta gondang sabangunan Batak. Musik tradisional itu dipercaya membuat pesta adat menghadirkan sahala para leluhur.(JUM)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya