Liputan6.com, Jakarta: Meski belum sepenuhnya terbukti secara medis, banyak orang percaya pijat refleksi dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Di antaranya adalah kencing manis, asam urat, migren, rematik, dan masalah kesuburan. Bahkan dapat mengobati penyakit parah, bila masih pada stadium dini. Sayang, pijatan pengobatannya itu tak mampu mendeteksi keberadaan tumor atau kanker di tubuh. Tak heran jika orang banyak memilih alternatif cara pengobatan ini, yang sekarang mudah ditemui di kota-kota besar di Indonesia. Satu di antara yang melakukan praktik pijat refleksi di Jakarta, Is Ariyadi. Selain melengkapi pengobatannya dengan jamu, ia juga menerapkan pengobatan ala reiki, suatu cara penyaluran energi alam ke pasien.
Pijat refleksi sebenarnya telah berkembang sejak beberapa ratus tahun silam di Cina, India, dan Mesir. Teknik pengobatan ini masuk ke Indonesia melalui saudagar asal Cina yang berdagang di Nusantara sambil mengajarkan pijat refleksi. Pada 1913, William Fitzgerald, seorang dokter asal Connecticut Amerika Serikat, menemukan teknik pijat ini dan memperkenalkannya ke dunia kedokteran. Namun, ilmu pijat ini dipopulerkan oleh seorang dokter Starr White, di Los Angeles, AS.
Pengobatan pijat refleksi didasarkan pada tekanan di titik-titik akupunktur di seluruh tubuh. Ada 365 titik akupunktur di tubuh manusia. Titik-titik ini sering juga disebut simpul-simpul saraf. Titik-titik yang tersebar mulai dari kepala sampai telapak kaki tersebut dipercaya berhubungan dengan organ tubuh tertentu. Semua penyakit pada suatu organ tubuh dalam ilmu pengobatan Cina disebabkan peredaran darah yang menuju organ tersebut sudah tak lancar. Jadi, diperlukan rangsangan pada simpul saraf yang menuju organ tadi.
Jika pada teknik akupunktur rangsangan pada simpul saraf dilakukan dengan jarum, pada pijat refleksi hanya menggunakan tekanan oleh jari atau alat tertentu. Perbedaan lainnya dengan akupunktur, penekanan refleksi hanya dilakukan pada simpul-simpul saraf di telapak tangan dan kaki. Kalau suatu titik dipijat terasa sakit, maka organ yang berhubungan dengan titik itu diyakini mengalami gangguan fungsi. Organ yang terganggu ini tidak selalu berarti sakit. Tapi, fungsinya sedikit kurang beres. Jika titik itu dipijat terus menerus secara teratur, rasa sakit pada titik tadi bakal hilang. Itu pertanda si organ sudah pulih kembali.
Secara teori, tubuh sebenarnya memiliki daya tahan dan kemampuan untuk mengobati dirinya sendiri. Dengan melakukan pijat refleksi, kemampuan tubuh ini ditingkatkan sehingga penyakit bisa disembuhkan. Pijat refleksi semakin efektif jika ditunjang dengan memakan makanan yang sehat, cara kebiasaan hidup yang benar, dan cukup berolah raga.
Rangsangan pada simpul saraf untuk mengobati penyakit telah diakui kemanjurannya oleh praktisi ilmu kedokteran. Namun masih ada sejumlah titik simpul saraf yang menjadi perdebatan dalam hubungannya dengan dengan suatu penyakit. Satu di antaranya adalah titik akupunktur yang dipercaya berhubungan dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Menurut ahli rematik Rumah Sakit Azra, Bogor, Jawa Barat, Rizasyah Daud, kadar asam urat yang tinggi dalam darah, tak berhubungan dengan urat atau otot.
Terlepas dari kontroversi tadi, pengobatan ini telah menjadi suatu solusi alternatif yang murah bagi masyarakat. Tak tertutup kemungkinan, di masa mendatang, dunia kedokteran bisa membuktikan hubungan seluruh simpul-simpul saraf ini dengan organ di tubuh manusia.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)
Pijat refleksi sebenarnya telah berkembang sejak beberapa ratus tahun silam di Cina, India, dan Mesir. Teknik pengobatan ini masuk ke Indonesia melalui saudagar asal Cina yang berdagang di Nusantara sambil mengajarkan pijat refleksi. Pada 1913, William Fitzgerald, seorang dokter asal Connecticut Amerika Serikat, menemukan teknik pijat ini dan memperkenalkannya ke dunia kedokteran. Namun, ilmu pijat ini dipopulerkan oleh seorang dokter Starr White, di Los Angeles, AS.
Pengobatan pijat refleksi didasarkan pada tekanan di titik-titik akupunktur di seluruh tubuh. Ada 365 titik akupunktur di tubuh manusia. Titik-titik ini sering juga disebut simpul-simpul saraf. Titik-titik yang tersebar mulai dari kepala sampai telapak kaki tersebut dipercaya berhubungan dengan organ tubuh tertentu. Semua penyakit pada suatu organ tubuh dalam ilmu pengobatan Cina disebabkan peredaran darah yang menuju organ tersebut sudah tak lancar. Jadi, diperlukan rangsangan pada simpul saraf yang menuju organ tadi.
Jika pada teknik akupunktur rangsangan pada simpul saraf dilakukan dengan jarum, pada pijat refleksi hanya menggunakan tekanan oleh jari atau alat tertentu. Perbedaan lainnya dengan akupunktur, penekanan refleksi hanya dilakukan pada simpul-simpul saraf di telapak tangan dan kaki. Kalau suatu titik dipijat terasa sakit, maka organ yang berhubungan dengan titik itu diyakini mengalami gangguan fungsi. Organ yang terganggu ini tidak selalu berarti sakit. Tapi, fungsinya sedikit kurang beres. Jika titik itu dipijat terus menerus secara teratur, rasa sakit pada titik tadi bakal hilang. Itu pertanda si organ sudah pulih kembali.
Secara teori, tubuh sebenarnya memiliki daya tahan dan kemampuan untuk mengobati dirinya sendiri. Dengan melakukan pijat refleksi, kemampuan tubuh ini ditingkatkan sehingga penyakit bisa disembuhkan. Pijat refleksi semakin efektif jika ditunjang dengan memakan makanan yang sehat, cara kebiasaan hidup yang benar, dan cukup berolah raga.
Rangsangan pada simpul saraf untuk mengobati penyakit telah diakui kemanjurannya oleh praktisi ilmu kedokteran. Namun masih ada sejumlah titik simpul saraf yang menjadi perdebatan dalam hubungannya dengan dengan suatu penyakit. Satu di antaranya adalah titik akupunktur yang dipercaya berhubungan dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Menurut ahli rematik Rumah Sakit Azra, Bogor, Jawa Barat, Rizasyah Daud, kadar asam urat yang tinggi dalam darah, tak berhubungan dengan urat atau otot.
Terlepas dari kontroversi tadi, pengobatan ini telah menjadi suatu solusi alternatif yang murah bagi masyarakat. Tak tertutup kemungkinan, di masa mendatang, dunia kedokteran bisa membuktikan hubungan seluruh simpul-simpul saraf ini dengan organ di tubuh manusia.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)