Liputan6.com, Washington, DC - Belum lagi disahkan sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat (AS), Donald Trump sudah membuat gempar.
Tim transisi Trump dikabarkan telah mendesak sejumlah duta besar yang dipilih oleh Presiden Barack Obama untuk keluar dari pos diplomatik mereka pada 20 Januari, tepat di hari pelantikannya.
Langkah ini belum pernah terjadi sebelumnya. Permintaan tersebut dinilai telah merusak tradisi yang berjalan selama puluhan tahun.
Akibatnya, AS terancam tidak memiliki utusan di sejumlah "negara kunci", sebut saja seperti Inggris, Jerman, dan Kanada selama berbulan-bulan ke depan.
Langkah tersebut juga berarti keluarga diplomat yang bersangkutan dipaksa untuk menemukan rumah baru di AS atau negara tempat tugas mereka dengan informasi yang sangat minim.
Baca Juga
Advertisement
Menurut laporan New York Times seperti yang dikutip Independent, Sabtu, (7/1/2017), tim transisi Trump mengeluarkan mandat "tanpa pengecualian" yang kemudian diteruskan oleh Kementerian Luar Negeri ke para diplomat pada tanggal 23 Desember lalu.
Seorang pejabat senior dalam tim transisi Trump mengatakan, tidak ada maksud jelek dari keputusan itu. Langkah tersebut menurutnya demi memastikan bahwa pejabat yang ditunjuk Obama meninggalkan pos diplomatik mereka tepat waktu.
Penunjukan duta besar berikutnya akan bergantung pada rekomendasi Rex Tillerson, eks bos Exxon Mobil yang dipilih Trump sebagai menteri luar negeri pemerintahannya.
Sejauh ini tim transisi baru mengumumkan nama David Friedman sebagai calon dubes AS untuk Israel dan Terry Branstad sebagai dubes AS untuk China.
Sementara itu, eks istri pertama Trump, Ivana sempat menyatakan minatnya untuk menjadi dubes AS bagi Republik Ceko. Keinginan tersebut didukung langsung oleh presiden negara itu, Milos Zeman mengingat Ceko merupakan tanah kelahiran ibu dari ketiga anak Trump itu.
"Tak ada calon duta besar AS yang lebih baik dibanding dia (Ivana)," kata Zeman.