Kesaksian Warga Kepulauan Seribu yang Hadiri Pidato Ahok

Hal lain yang buat Yono terkesan kepada Ahok adalah tingkat pengangguran di Pulau Pramuka berkurang, karena diberdayakan.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 07 Jan 2017, 18:02 WIB
(Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Liputan6.com, Jakarta - Pada September 2016 lalu, masyarakat Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, antusias menyambut Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dalam sosialisasi budidaya ikan.

Meski undangan ditujukan hanya kepada para nelayan budidaya ikan, tak sedikit warga Pulau Pramuka lain hadir, menyaksikan langsung saat Ahok mengucapkan perkataan yang diduga menista agama Islam itu.

Perkataan diduga menista agama pun viral saat diunggah dan disebarkan di media sosial. Ribuan umat Islam pun turun ke jalan, melalui tiga kali aksi damai. Mereka menuntut dugaan penistaan agama dipersidangkan dan Ahok dihukum seadil-adilnya. Ahok pun maju ke meja hijau.

Liputan6.com mencoba menelusuri langsung ke tempat Ahok menuturkan kalimat yang diduga menista agama itu. Mencari pendapat masyarakat terkait apa sebenarnya yang terjadi pada September 2016.

"Saya saat itu datang, mendengar, dan menyaksikan tapi enggak tahu dimana letaknya (kalimat menista agama)," kata Yono, pria 59 tahun yang berprofesi sebagai nelayan dan penjual es goyang saat ditemui Liputan6.com di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jumat 6 Januari 2017.

Tak hanya Yono, rekan sejawatnya pun menimpali dengan argumentasi senada. "Mungkin kita enggak ngeh, karena kan emang gaya ngomongnya Pak Ahok sambil humor, jadi selewatan aja."

"Kalau dibilang ketawa ya emang kita ketawa seperti di video itu," lanjut Rahmat, nelayan yang juga bekerja sebagai penjual gorengan.

Terkait perkataan saksi sidang kasus dugaan penistaan agama yang juga kader Front Pembela Islam (FPI) Novel Bamukmin, bahwa masyarakat Pulau Pramuka masih awam Islam, Yono dan Rahmat, tak menampik tudingan Novel.

"Ya mas, kalau dibilang awam ya memang begini kami adanya. Saya pribadi memang tidak terlalu mendalam ilmu agamanya. Bisa juga misalnya ngeh perkataan Pak Ahok itu, mungkin dianggapnya ya sambil lalu aja, karena kita di sini santai saja enggak berpikir kutipan agama dari Pak Ahok berniat menistakan," kata Yono.

Meski mengaku awam, Yono mengatakan, jika ada tendensi seseorang menistakan Islam, siapa pun tak akan bisa selamat pulang dari Pulau Pramuka.

"Gini, saya dan teman di sini dan kemarin yang turut hadir, betul tidak menyangka apa iya sih Pak Ahok sengaja ngutip ayat dimaksud itu? Karena kalau kita merasakan itu ada (sengaja menista) mungkin sudah dikeroyok sama warga sini, tapi kan faktanya enggak," tegas Yono sembari melayani anak-anak yang membeli dagangnnya.

Siap Pilih Ahok

Menyinggung Pilkada DKI Jakarta pada Februari 2017, Yono pun blak-blakan siap memilih kembali sang petahana yang kini berstatus terdakwa itu.

"Kenapa malu mas? Saya jujur pro-Ahok. Saya lihat dan rasakan kerjanya. Secara yang saya rasakan, meski bisa dibilang hidup saya ya begini-gini aja, tapi ini bukan salah gubernur," kata dia.

"Saya lihat kemajuan di birokrasi dan lingkungan tempat tinggal saya di Pulau Pramuka yang semakin baik, dan ke depan pasti wilayah Kepulauan Seribu bisa tambah baik lagi pasti," sambung bapak enam anak ini.

Yono bahkan bercerita pernah meminjam modal di bank pemerintah untuk sekadar menguji adanya praktik nakal birokrasi pada era kepemimpinan Ahok. Tapi justru dia terkejut, tak satu pun pegawai yang nakal atau berupaya melakukan praktik korupsi.

Pegawai bank pelat merah itu justru menantang balik, jika ada praktik korupsi sebaiknya dilaporkan saja. Hal lain yang buat Yono terkesan, adalah tingkat pengangguran di Pulau Pramuka dirasa berkurang, karena diberdayakan sebagai pembersih pantai dan laut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya