Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Militer Mufti Makarim menilai pelatihan semi militer yang diberikan oleh TNI kepada Organisasi Masyarakat (Ormas) perlu ditinjau ulang. Hal ini menyusul beredarnya foto latihan bersama antara TNI dengan ormas Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Lebak, Banten pada Kamis 5 Januari 2017 lalu.
Menurut Mufti, pelatihan semi militer kepada ormas ini dikhawatirkan dapat memunculkan perilaku militeristik dari anggota ormas-ormas tersebut.
Advertisement
"Kalau saya enggak lihat soal FPI atau bukan, tapi pelatihan semi militer ke ormas manapun itu mesti ditinjau ulang, karena berpotensi memberi angin negatif munculnya perilaku militeristik ormas-ormas tersebut," kata Mufti dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (8/1/2017).
Mufti juga mempertanyakan alasan dan tujuan pelatihan bela negara yang diberikan TNI kepada para ormas. Terutama yang berbau militeristik.
"Apakah alasan tujuan yang dapat dipertanggungjawabkan dari pelatihan-pelatihan semacam ini, nanti diuji apakah fakta riilnya sesuai dengan apa yang menjadi alasan dan tujuan. Alasan yang selama ini adalah bela negara, pertanyaannya apa benar dibutuhkan program Bela negara yang militeristik modelnya," tutur Mufti.
Kemudian, ia juga mempertanyakan rekam jejak ormas yang diberikan pelatihan bela negara oleh TNI. Sehingga maksud dan tujuan pelatihan bela negara itu dapat diketahui.
"Yang harus dilihat ormas yang dilibatkan, track recordnya dan relevansinya dengan kebutuhan bela negara. Saya melihat kedua hal di atas belum tuntas, jadi program atau kegiatan semacam ini akan bermasalah," ucap dia.
Meski demikian, ia menilai pelatihan bela negara yang diberikan oleh TNI kepada ormas boleh saja dilakukan. Tetapi, sambungnya, tanpa embel-embel latihan militeristik.
"Boleh aja kalau itu semacam pendidikan kewarganegaraan," Mufti menandaskan.