Liputan6.com, Yogyakarta - Dokter Nur Ruwaida Isnaini atau akrab disapa Isna dikabarkan hilang dan membuat keluarga melaporkan anak kedua ini ke polisi pada Rabu, 4 Januari 2017. Sang kakak, Nurmala Shofiyati mengatakan, adiknya itu diketahui hilang pada 4 Januari 2017.
Saat itu keluarga mendapat kabar dari seorang teman yang hendak bertemu dokter Nur Ruwaida Isnaini, tapi mengaku tidak mengetahui keberadaannya. Mendapat kabar tersebut, menurut Nurmala, keluarga langsung datang dan melapor ke Polsek Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Adik pukul 09.00 WIB sempat menelepon temannya kalau sudah sampai di RSUP Sardjito. Namun setelah pukul 14.00 WIB, tidak datang di RSUD. Lalu, (teman tersebut) telepon saya," ucap Nurmala saat dihubungi, Sabtu, 7 Januari 2017.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Nurmala, berdasarkan CCTV atau kamera pemantau di kamar kos di kawasan Sendowo, Sleman, dokter Isna sampai di sana dan bukan di RSUP dr Sardjito. Ketika itu, dokter Isna menitipkan kunci mobil kepada penjaga kos kemudian berjalan kaki dan mengenakan baju batik biru keunguan dan celana panjang warna hitam memakai kerudung.
Berdasarkan sinyal telepon seluler milik dokter Isna, imbuh dia, sang adik terakhir kali dilacak berada di Gorontalo. Namun, tidak diketahui secara jelas keberadaannya.
"Ciri ciri tinggi badan 155 centimeter, berat badan 66 kilogram kulit sawo matang rambut panjang. Tanggal 5 Januari keluarga mendapat SMS dari Isna yang intinya agar keluarga tidak usah mencari Isna dan semoga Allah melindungi Isna," ujar Nurmala.
Sosok yang Tertutup
Nurmala mengatakan, adiknya itu merupakan anak yang tertutup, sehingga tak diketahui jika sedang memiliki masalah atau tidak. Keluarga mengetahui jika selama ini dokter Isna itu sangat sibuk dengan kegiatan kampus. Alhasil, keluarga hanya mengetahui jika Isna sudah terforsir dalam kegiatan kuliahnya.
"Enggak sih. Dia agak tertutup. Hubungan dekat tidak terlalu dekat. Mungkin sibuk kan, jadi ya sudah enggak ada kabar. Kegiatannya kan rumah sakit dan kosan saja,' ujar sang kakak.
Nurmala mengatakan pula, keluarga selalu memantau kondisi Isna di Yogya. Namun saat ditelepon atau di SMS, ia selalu mengatakan berhubungan dengan kegiatan kuliah. Dengan demikian, keluarga tidak mengetahui jika adiknya itu hilang tanpa sebab. Hingga saat ini seluruh keluarga sudah berada di Yogya untuk memantau perkembangan terakhir dari polisi.
"Dia tinggal sendiri di Jogja. Kalau kita pantau, dia (bilang) lagi di rumah sakit. Kita telepon dan SMS, selalu (bilang) di RS dan kosan. Dia juga enggak ke mana-mana kalau sudah sampai kosan," tutur Nurmala.
Lebih jauh Nurmala mengatakan, anak kedua dari empat bersaudara ini memang tidak diketahui jika memiliki orang dekat. Dengan demikian, keluarga tidak tahu jika dokter Isna memiliki pacar atau teman dekat.
Selain kegiatan kampus, keluarga tidak mengetahui dokter Isna mengikuti kegiatan organisasi atau semacamnya. Keluarga hingga saat ini masih terus mencoba menelepon Isna. "Belum, belum nikah. Sampai sekarang selalu hubungi terus, namun (telepon) enggak aktif," Nurmala membeberkan.
Advertisement
Sempat Janjian Sebelum Menghilang
Kisah hilangnya seorang dokter di Yogyakarta, membuat polisi dan keluarga bingung. Sebab, dokter Isna yang sedang menjalani studi spesialis di RSUP dr Sardjito, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pergi tanpa kabar.
Dr Nuring Pangastuti dari Departemen Obstetri dan Ginekologi mengaku melakukan komunikasi dengan dokter Isna melalui pesan WhatsApp. Saat itu ia memang sudah berjanji untuk bertemu di RSUP Sardjito. Namun hingga waktu yang ditentukan dokter Isna tidak muncul.
"Saya memang janjian dengan Nur Ruwaida Isnaini untuk bertemu di Sardjito sebelum pukul 13.00 WIB. Kita membuat janji pada hari Selasa malam," ujar Dr Nuring Pangastuti saat di RSUP dr Sardjito Yogyakarta, Sabtu, 7 Januari 2017.
Nuring menjelaskan pada Rabu, 4 Januari 2017, sekitar pukul 09.58 WIB, dokter Isna menghubungi dirinya via WhattApp. Saat itu Isna sedang perjalanan menuju ke RSUP Sardjito dari RSUD Sleman. Diperkirakan, mereka akan bertemu dalam waktu 30 menit.
"Saya balas WA-nya, 'Iya, saya tunggu.' Saya minta juga untuk mengabari kembali," kata dia.
Namun setelah waktu yang ditentukan, Isna tidak muncul. Waktu itu, Nuring masih berpikir jika Isna masih terjebak macet atau mencari tempat parkir.
Hanya saja, setelah ditunggu selama dua jam Isna juga tidak datang, ia pun kembali menghubungi via WhattApp. Namun pesan tersebut sudah tidak masuk. Ia pun akhirnya menghubungi teman-teman dokter Isna untuk menanyakan keberadaan dan meminta tolong agar mereka dapat menghubungi.
"Ternyata semua temannya menghubungi lewat telepon, tetapi tidak bisa. Lalu teman-temannya mencari di kosnya," Nuring memaparkan.
Setelah dicari di kosnya, Isna juga juga tidak ada di tempat. Akhirnya, ia khawatir dan merasa janggal. Nuring pun kembali memeriksa di RSUD Sleman, Yogyakarta. Hasilnya memang pada Rabu, 4 Januari 2017, dokter Nur Ruwaida Isnaini ada di sana untuk piket dan sudah ganti jaga sebelum pergi.
"Dicari tempat kosnya sudah tidak ada, kami berkoordinasi dengan keluarga. Kita sudah cek RSUD Sleman. Kita hubungi dokter yang menggantikan jaga, bilang dokter Isnaini ada di sana dan sudah operan jaga sebelum pergi keluar," Nuring memungkasi penjelasan seputar hilangnya dokter Nur Ruwaida Isnaini.
Titipkan Mobil
Keluarga sudah melaporkan hilangnya Nur Ruwaida Isnaini, dokter yang sedang menjalani studi spesialis di RSUP dr Sardjito Yogyakarta dan indekos di Jalan Sendowo, Blok D No 71, Sinduadi, Mlati, Sleman, DIY, tersebut kepada polisi.
Adapun Parwoto, penjaga kos mengatakan, sebelum hilang dokter berusia 29 tahun itu sempat pulang ke kos menggunakan mobilnya. Setelah sampai di kos, dr Isna langsung masuk ke kamar dan menitipkan kunci mobil. Ia kemudian pergi keluar kos dengan jalan kaki.
"Kemarin itu pada tanggal 4 Januari 2017 sempat pulang ke kos. Sampai di kos itu sekitar pukul 09.45 WIB. Datang langsung titip kunci mobil ke saya, lalu langsung ke kamar," ucap Parwoto saat ditemui, Sabtu, 7 Januari 2017.
Parwoto menuturkan tidak lama setelah sampai di kos, dokter Isna keluar kos dengan jalan kaki sekitar pukul 10.00 WIB. Namun, ia tidak mengetahui ke mana anak kedua dari empat bersaudara itu pergi. Saat itu, ia hanya melihat dokter Isna membawa tas kecil dan kantong plastik kecil.
"Membawa tas biasanya, kecil bukan tas besar. Lalu bawa kantong plastik kecil. Pakai baju biru tua dengan celana warna hitam dan jilbab warna biru," ia membeberkan.
Parwoto mengatakan pula, dokter Isna ini termasuk pribadi yang baik dan ramah. Namun, dokter Isna ini lebih banyak di rumah sakit dibandingkan di kos. Sang dokter sudah dua tahun indekos di dekat RSUP dr Sardjito, Yogyakarta.
Usai perginya dokter Isna, ia sudah mengecek kamarnya, namun tidak menemukan pesan atau surat untuk keluarga. "Kamarnya dikunci, saya kemarin yang buka. Kamarnya masih rapi," Parwoto memungkasi.
Advertisement