Mantan Presiden Iran Rafsanjani Meninggal Akibat Serangan Jantung

Rafsanjani tutup usia di sebuah rumah sakit di kawasan Tajrish. Ia wafat di usia 82 tahun.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Jan 2017, 00:56 WIB
Eks presiden Iran, Akbar Hashemi Rafsanjani meninggal dunia (Associated Press)

Liputan6.com, Teheran - Mantan presiden Iran, Akbar Hashemi Rafsanjani meninggal dunia di rumah sakit di Teheran, Iran di mana ia dilarikan setelah mendapat serangan jantung pada Minggu waktu setempat.

Kantor berita negara Iran, Press TV mengatakan, Rafsanjani yang berusia 82 tahun tak tertolong meski dokter telah berupaya maksimal untuk menyelamatkannya. Demikian seperti dilansir Reuters, Senin, (9/1/2017).

Warga dilaporkan berkumpul di luar rumah sakit di mana Rafsanjani menghembuskan napas terakhirnya, tepatnya di kawasan Tajrish di Teheran utara.

Rafsanjani merupakan seorang tokoh berpengaruh di Iran. Ia memimpin sebuah Dewan Penegasan Kemanfaatan yang berfungsi untuk menyelesaikan sengketa antara parlemen dan Dewan Garda.

"Ayatollah Hashemi Rafsanjani, Kepala Dewan Penegasan Kemanfaatan, setelah seumur hidup berjuang tanpa henti menuju jalan Islam dan revolusi telah meninggal dunia," demikian pengumuman televisi Channel One seperti dikutip dari The New York Times.

Sosoknya juga merupakan salah seorang tokoh di Majelis Ahli, sebuah lembaga yang memilih pemimpin tertinggi, orang paling berkuasa di Iran. Rafsanjani selama ini dideskripsikan sebagai "pilar Revolusi Islam".

Sejumlah kebijakan pragmatisnya di mana ia meliberalisasi ekonomi dan membangun hubungan yang lebih baik dengan Barat telah membuat kelompok garis keras berang, namun tak sedikit dipuji oleh rakyat Iran.

Kematiannya disebut-sebut merupakan pukulan terbesar bagi kaum moderat dan reformis. 

"Dia akan dirindukan. Meski ia semakin tidak berdaya, namun ia memberikan kami harapan..." ujar Farshad Ghorbanpour, seorang analis politik yang dekat dengan kalangan reformis. 

Rafsanjani memiliki karier panjang sebagai seorang revolusioner. Namun ia juga diterpa isu telah mengumpulkan kekayaan dan memanfaatkan pengaruhnya.

Namanya dikenang sebagai salah satu pemimpin Revolusi Islam 1979 sekaligus orang dekat pendiri republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya