Tanggapan Setara Institute soal Latihan Bela Negara TNI dan FPI

Hal itu juga sekaligus mempertegas sejumlah kritik terhadap Kemenhan RI dan TNI tentang program Bela Negara yang absurd.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 09 Jan 2017, 13:21 WIB
Ketua SETARA Institute, Hendardi (kiri) membacakan petisi bersama tokoh dan masyarakat sipil untuk perdamaian di Jakarta, Selasa (1/11). Seruan berisi ajakan menjaga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) berlangsung damai. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Setara Institue Hendardi mengkritik keras pelatihan bela negara Kodam III Siliwangi kepada anggota Front Pembela Islam (FPI) di wilayah Lebak Banten. Hal itu juga sekaligus mempertegas sejumlah kritik terhadap Kemenhan RI dan TNI tentang program Bela Negara.

"Bagaimana mungkin organisasi semacam FPI, yang antikemajemukan dan memiliki daya rusak serius, menjadi partner kerja TNI dalam membela negara?" kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Senin (9/1/2017).

Dia pun meminta Presiden Joko Widodo mengevaluasi dan meminta pertanggungjawaban komprehensif atas program bela negara yang dijalankan Kementerian Pertahanan dan TNI, terutama pasca menggandeng organisasi Front Pembela Islam dalam program itu.

"Langkah terdekat, Presiden Jokowi harus mengevaluasi dan meminta pertanggungjawaban komprehensif atas program bela negara yang hampir dua tahun dijalankan Kementerian Pertahanan dan TNI, yang dibiayai dengan uang negara, pajak rakyat, namun belum tampak ada hasil yang jelas," kata Hendardi.

Dia mengatakan pencopotan komandan Kodim 0603/Lebak oleh Panglima Kodam III/Siliwangi, Mayor Jenderal TNI Herindra, merupakan kebijakan tepat atas tindakan indisipliner menyelenggarakan kegiatan bela negara untuk FPI.

Menurut dia, langkah itu diharapkan memberi pembelajaran bagi satuan-satuan lain di TNI untuk tidak berpolitik di tengah ancaman atas kemajemukan dan kontroversi FPI.

"Meskipun langkah ini positif, sulit dipahami ada tindakan satuan TNI yang tidak diketahui atasannya karena TNI adalah organisasi dengan garis komando dan terstruktur paling solid di republik ini," ujar Hendardi.

Hendardi menilai tindakan pencopotan komandan Kodim 0603/Lebak belum cukup untuk memastikan TNI secara institusional mampu menjaga jarak dengan kelompok-kelompok intoleran yang destruktif pada kebhinnekaan Indonesia dan justru mengancam NKRI.

Komandan Distrik Militer (Dandim) 06/03 Lebak, Letkol Czi Ubaidillah dicopot dari jabatannya karena memberi pelatihan Bela Negara bersama dengan sejumlah anggota Front pembela Islam (FPI).

"Pangdam III Siliwangi memutuskan untuk memberikan sanksi kepada Dandim Lebak yaitu dicopot dari jabatannya dan segera digantikan oleh pejabat yang baru," ujar Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) III Siliwangi Letkol Arh M Desi Ariyanto, saat dikonfirmasi melalui pesan singkatnya, Minggu 8 Januari 2017.

Keputusan tersebut dilayangkan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan Kodam III Siliwangi terkait prosedur dan tata cara pelatihan Bela Negara yang diberikan Kodim 0603 Lebak bersama FPI pada Kamis 5 Januari 2017.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya