Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) telah mendaratkan brigade tempur lapis bajanya di Jerman. Jumlahnya disebut yang terbesar di Eropa sejak era Perang Dingin.
Tiga brigade tempur lapis baja dari Angkatan Darat AS, bagian dari Divisi Infanteri ke-4 dilaporkan mulai berdatangan ke pelabuhan Bremerhaven sejak akhir pekan lalu. Terdapat 3.500 tentara serta 2.800 tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan berbagai kendaraan pendukung lainnya yang tiba di Eropa.
Brigade tempur lapis baja ini ditugaskan untuk memperkuat pertahanan NATO di Polandia.
"Ini adalah salah satu bagian dari upaya kami untuk menghalangi agresi Rusia, menjamin integritas wilayah sekutu kami, dan mempertahankan Eropa yang utuh, bebas, makmur, dan damai," ujar Wakil Komandan AS untuk Komando Eropa, Letjen Tim Ray, News.com.au, Senin, (9/1/2017).
"Kami juga akan meningkatkan cakupan dan kompleksitas dari banyaknya latihan di portofolio kami yang fokus pada interoperabilitas, pertahanan rudal, dan operasi tanggap krisis bersama," tambahnya.
Baca Juga
Advertisement
Unit ini akan melakukan latihan militer pertama di Polandia pada akhir bulan ini.
Bagi AS yang telah mengumumkan kebijakan ini sejak pertengahan tahun lalu, ini merupakan langkah transfer pasukan terbesar.
Dan tujuannya tak lain adalah untuk melawan ancaman dan intimidasi dari Moskow ke sejumlah negara Eropa Timur seperti Polandia, Latvia, Lithuania, Rumania, Bulgaria, dan Swedia menyusul aneksasi Crimea pada tahun 2014.
Dengan transfer terbaru, maka setidaknya, jumlah total pasukan AS di Eropa saat ini nyaris mencapai 70.000 orang. Jumlah ini diperkirakan akan bertambah dalam beberapa bulan ke depan menyusul akan bergabungnya sebuah resimen helikopter AS.
Tak hanya AS, Inggris dalam beberapa bulan terakhir juga mengirimkan sejumlah tank dan 800 tentaranya ke Estonia.
Ketika Menteri Pertahanan AS, Ash Carter mengumumkan rencana transfer ini pada pertengahan tahun lalu ia mengatakan, pasukan tersebut akan ambil bagian dalah latihan militer rutin di seluruh wilayah sekutu NATO.
Letjen Ben Hodges, Komandan AS untuk Eropa kala itu menjelaskan bahwa penyebaran pasukan ini merupakan "perwujudan dari komitmen AS untuk menghalangi agresi dan membela sekutu dan mitra Eropa AS."
Namun bagaimana pun sejumlah pihak melihat, pergerakan untuk memperkuat Eropa Timur masih belum jelas.
Menanti Kebijakan Trump
Pergerakan brigade tempur AS ini terjadi jelang beberapa hari pelantikan presiden terpilih AS, Donald Trump. Dan cuitan terakhir Trump tentang Rusia masih menunjukkan keberpihakannya pada Negeri Beruang Merah itu.
Menurut Trump, Rusia akan lebih menghargai AS setelah dirinya menjabat sebagai presiden. Tak sampai di situ, ia juga mengatakan bahwa menjalin hubungan bersahabat dengan Rusia adalah hal baik.
"Hanya orang bodoh saja yang berpikir itu adalah hal buruk!," cuit Trump di media sosial favoritnya, Twitter.
Sebelumnya, Trump beberapa kali menyerang NATO. Ia menyebut Pakta Pertahanan Atlantik Utara ini sudah usang dan tidak mampu melawan terorisme. Miliarder properti itu bahkan mengancam tidak akan melindungi anggota NATO lainnya jika mereka diserang.
Kedatangan brigade tempur lapis baja ini hanya selang beberapa hari setelah sejumlah badan intelijen AS secara resmi menuding, Presiden Rusia, Vladimir Putin dalang di balik peretasan email Hillary Clinton dan sejumlah petinggi Partai Demokrat. Tindakan ini disebut memungkinkan Trump memenangkan pilpres AS.
Cukup lama Trump membantah keterlibatan Rusia. Ia bahkan mempertanyakan kemampuan analisi intelijen AS dalam kasus ini. Bahkan Trump tak sungkan bergurau dengan mengatakan bahwa pelaku peretasan mungkin adalah anak berusia 14 tahun.
Pada pekan lalu, Trump dikabarkan mendapatkan pengarahan dari badan intelijen AS yang memaparkan kepada bukti-bukti keterlibatan Rusia. Dan segera setelahnya, salah seorang ajudan Trump mengatakan bahwa presiden ke-45 AS itu melunak.
"Dia tidak menyangkal bahwa entitas di Rusia berada di balik kampanye khusus ini," ujar kepala staf Gedung Putih pilihan Trump, Reince Priebus.
Kendati demikian penegasan itu belum meluncur langsung dari mulut Trump. Menurut stafnya, sang presiden akan membuat pernyataan segera setelah ia dilantik pada 20 Januari mendatang.
Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press setelah diberi pengarahan oleh badan intelijen, Trump mengatakan, diskusi dengan pejabat intelijen membuatnya belajar banyak. Namun ia menolak menjawab ketika disinggung sikapnya soal tudingan ke Rusia.
Advertisement