Liputan6.com, Jakarta Obesitas menjadi masalah kesehatan yang cukup jahat bagi semua kalangan masyarakat. Namun, angka menunjukkan bahwa obesitas pada anak kini kian meningkat.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), prevalensi obesitas antara anak-anak usia dua sampai lima mengalami kenaikan dua kali lipat, (5,0 persen menjadi 12,4 persen). Sementara hal ini juga terjadi pada amal usia enam sampai 11 (6,5 persen mencapai 17 persen) dan usia remaja 12 sampai 19, prevalensi obesitas naik hingga tiga kali lipat.
Advertisement
Kondisi obesitas pada anak yang menyeramkan ini, membuat generasi muda lebih berisiko dengan masalah kesehatan seperti diabetes, jantung, dan penyakit degenaratif lainnya.
Selain gaya hidup, lingkungan, dan pola makan, iklan industri makanan turut dikaitkan sebagai penyebab dari pengingkatan obesitas pada anak. Penelitian menemukan bahwa iklan makanan khususnya makanan non-gizi yang menyasar anak usia enam adalah salah satu penyebab dari peningkatan obesitas pada anak.
Berikut dampak iklan makanan dalam perilaku anak, kesehatan mental, dan peningkatan obesitas seperti dilansir dari American Psychological Association, dikutip Senin (9/1/2017).
1. Iklan makanan yang menargetkan anak dan remaja dikaitkan dengan peningkatan obesitas. Usia anak dan remaja yang mudah tergiur dengan iklan makanan yang persuasif.
2. Iklan makanan juga berimbas pada kesehatan mental anak dan remaja, khususnya perempuan yang telah terlena dengan iklan. Banyak dari anak perempuan yang menyesal, tidak puas, bahkan depresi usia mencoba makanan yang diiklankan tersebut.
3. Iklan makanan yang tidak bergizi pada akhirnya mempengaruhi berat badan anak, sehingga mereka terpaksa menjalani diet atau sampai mengonsumsi obat langsing demi memperoleh berat badan awal.
4. Iklan makanan yang membuat anak obesitas memicu terjadinya bullying di lingkungan sosial anak, seperti di sekolah. Anak obesitas kerap kali mendapat cercaan dari lingkungannya, lantaran fisik mereka yang berbeda dengan teman sebayanya.