Liputan6.com, Beijing - Tabloid pemerintah China, Global Times dalam editorialnya menyebut bahwa rakyat Tiongkok akan melancarkan balas dendam pada Presiden Terpilih AS, Donald Trump jika ia nekat menghapus kebijakan 'Satu China'.
Ancaman itu dimuat media tersebut, beberapa jam sebelum presiden Taiwan singgah di Houston, Texas.
Advertisement
Dilansir dari Global Times, Senin (9/1/2017), Presiden Tsai Ing-wen bertemu dengan anggota parlemen senior dari Partai Republik saat ia singgah sementara di Houston pada hari Minggu 8 Januari lalu. Sebelum, ia melanjutkan rute perjalanan ke Amerika Tengah, di mana Ing-wen berkunjung ke Honduras, Nikaragua, Guatemala, dan El Salvador.
Sebelumnya, Beijing telah meminta Washington untuk tak memperbolehkan Tsai memasuki wilayah AS dan tidak boleh melakukan pertemuan formal karena kebijakan Satu China itu.
Namun, sebuah foto yang diunggah dalam Twitter, Gubernur Texas Gregg Abbots memperlihatkan bahwa dia dan Tsai bertemu, duduk menghadap meja kecil dengan bendera AS dan Taiwan bersandingan. Tsai juga bertemu senator Texas, Ted Cruz.
"Tunduk dengan prinsip Satu China bukan permintaan aneh bagi China ke presiden AS, dan kewajiban AS lah untuk menjaga hubungan antar dua negara dan menghormati satu sama lain," tulis editorial Global Times pada hari Minggu.
Tabloid itu cukup berpengaruh dan diterbitkan oleh Partai Komunis.
Bulan lalu, Trump sempat membuat heboh antara Beijing dan Washington kerena menerima ucapan selamat dari presiden Taiwan.
"Jika Trump nekat menghancurkan kebijakan Satu China, penduduk Tiongkok akan meminta pemerintah untuk membalas dendam. Tak ada ruang untuk berdiplomasi," lanjut editorial itu.
Trump sendiri mengatakan ia tak akan bertemu pemimpin negara lainnya sebelum pelantikan pada 20 Januari. Namun, ia sempat melontarkan pernyataan ada kemungkinan untuk bertemu Tsai setelah ia mengucap sumpah.
Sementara, Tsai mengatakan Taiwan melihat adanya sebuah peluang pekerjaan bagi AS melalui investasi lebih dalam, perdagangan, dan pengadaan.
China sangat mencurigai Tsai, yang dianggapnya ingin mendorong untuk kemerdekaan Taiwan secara resmi. Hingga saat ini, Beijing menganggap Taiwan adalah provinsi yang membangkang, tidak memenuhi syarat untuk hubungan antar negara.
Global Times, yang mengaku tidak memiliki sikap sejalan kebijakan pemerintah, juga menargetkan Tsai dalam editorialnya. Mereka mengatakan bahwa Beijing akan memaksakan tekanan diplomatik, ekonomi dan militer lebih lanjut tentang Taiwan, memperingatkan bahwa "Tsai perlu menghadapi konsekuensi untuk setiap langkah provokatif yang dia ambil".