Cadangan Devisa Akhir Desember 2016 Capai US$ 116,4 Miliar

Bank Indonesia melaporkan, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2016 tercatat sebesar US$116,4 miliar.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Jan 2017, 18:45 WIB

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia melaporkan, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2016 tercatat sebesar US$116,4 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir November 2016 yang sebesar US$ 111,5 miliar.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirtra Segara menjelaskan peningkatan tersebut dipengaruhi penerimaan cadangan devisa, antara lain berasal dari penerbitan global bonds dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan devisa migas, yang melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.

Posisi cadangan devisa per akhir Desember 2016 tersebut cukup untuk membiayai 8,8 bulan impor atau 8,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," kata Tirta, Senin (9/1/2017).

‎Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bergerak menguat terbatas pada perdagangan saham sepekan. Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan bergerak pada support 5.200 dan resistance 5.400.

Dia menerangkan, pada perdagangan saham pekan ini, data cadangan devisa dalam negeri akan menjadi sentimen penggerak pasar. Bukan hanya itu, pelaku pasar juga mencermati data penjualan kendaraan dan ritel.

"Sentimen dalam negeri yang mungkin akan menjadi pusat perhatian investor di antaranya data pertumbuhan penjualan mobil dan cadangan devisa serta pertumbuhan penjualan eceran di mana masing-masing diperkirakan sedikit tertekan," kata dia di Jakarta.

Dari global, Lanjar mengatakan pelaku pasar akan mencermati data neraca perdagangan."Pada minggu kedua di tahun 2017 investor akan kembali dikhawatirkan oleh beberapa data neraca perdagangan dan komposisi ekspor impor di beberapa negara dunia yang dapat menjadi katalis pergerakan pasar," jelas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya