Liputan6.com, Tunis - Dari hasil penyelidikan BBC, seorang pria diidentifikasi atas tuduhan sebagai 'otak' yang mengorganisir serangan teror di resor pantai Tunisia yang menewaskan 38 orang.
Dalam dokumen yang diperoleh oleh Panorama BBC, Selasa (10/1/2017), Chamseddine al-Sandi digambarkan sebagai 'dalang' di balik serangan resor Tunisia. Namanya muncul dari pengakuan tersangka yang ditangkap terkait insiden tersebut.
Advertisement
Pengakuan itu mengungkap bahwa al-Sandi adalah pengikut sel militan yang bertanggung jawab atas penembakan di Resor Tunisia, Sousse dan serangan tiga bulan sebelumnya di Museum Nasional Bardo yang menelan 22 korban jiwa. Kedua serangan itu diklaim ISIS.
Menurut pengakuan tersebut, al-Sandi berperan merekrut penyerang, membiayai mereka ke Libya untuk pelatihan dan memberi perintah.
Saat ini Al-Sandi diyakini kabur ke Libya.
Dalam dokumen Panorama BBC yang mengungkap peran al-Sandi, pihak berwenang Tunisia disebutkan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan sehubungan dengan kedua serangan Bardo dan Sousse.
Anggota ISIS Pelaku Serangan di Resor Pantai Tunisia
Pembantaian di kota resort Sousse itu terjadi pada 26 Juni, beberapa bulan setelah teror di Museum Nasional Bardo di Ibukota Tunis yang menewaskan 22 orang pada 18 maret 2015.
Saat itu, pelaku yang sudah diidentifikasi, Seifeddine Rezgui menembaki orang-orang di pantai dan di Imperial Hotel dekat Sousse. Ia tewas di tempat kejadian.
Dokumen yang diperoleh Panorama BBC menyebutkan bahwa ia direkrut dan diperintah oleh al-Sandi.
Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan seberapa dekat Rezgui dengan geng Bardo, yang digambarkan dengan pertemuan di kafe-kafe dan masjid di Tunis. Lalu bagaimana ia dilatih bersama salah satu pria bersenjata Bardo dalam kamp ISIS di Libya.
Dari 38 orang yang tewas di Sousse 30 adalah warga Inggris, tiga dari Irlandia, dua Jerman, satu dari Rusia, Belgia dan Portugal.
Penyelidikan atas kematian para wisatawan Inggris akan dimulai pekan depan. Namun pengacara yang mewakili banyak keluarga korban, Demetrius Danas mengatakan kepada Panorama BBC bahwa ia tak menyadari keterlibatan al-Sandi dan belum melihat fotonya sebelumnya.
"Saya belum melihat itu," kata Demetrius Danas. "Jika Anda benar dan keluarga akan melihatnya, mereka akan terkejut melihat wajah orang yang menyebabkan kesedihan."
Penyelidikan Lebih Lanjut
Beberapa keluarga yang terperangkap dalam serangan Sousse telah diberitahu Panorama BBC bahwa mereka telah diyakinkan oleh operator tur Thomson, bahwa aman untuk melakukan perjalanan ke Tunisia.
Nicki Duffield mengatakan dia menelepon Thomson berulang kali untuk memeriksa situasi keamanan setelah mendengar tentang serangan museum Bardo.
Para peserta tur mengatakan operator tur bahwa jika dibatalkan, maka tak ada pengembalian uang.
TUI, perusahaan perjalanan yang memiliki Thomson mengatakan pihaknya ingin memahami keadaan tertentu yang menyebabkan pembunuhan tersebut.
"Kami bekerja sama sepenuhnya dengan coroner untuk membantu memastikan bahwa kematian tragis itu dapat diselidiki secara menyeluruh, fakta-fakta yang relevan akan dianalisa dan dipelajari lebih lanjut." jelas pihak TUI.
Perusahaan itu mengatakan belum tepat berkomentar lebih lanjut, sebelum ada laporan penyelidikan resmi.