Seandainya Menyerah, Pria Ini Tak Jadi Lelaki Terkaya di Jepang

Meski gagal berulang kali, Tadashi Yanai tak menyerah mengembangkan bisnis retail Uniqlo untuk menjadi nomor 1 di dunia.

oleh Unoviana Kartika Setia diperbarui 10 Jan 2017, 16:02 WIB
Kini Anda bisa langsung melanjutkan aktivitas setelah olahraga tanpa harus ganti pakaian.

Liputan6.com, Jakarta Jika melihat kesuksesan bisnis retail Uniqlo yang sudah mendunia, Anda mungkin tidak pernah menyangka jika bisnis tersebut telah mengalami kegagalan berulang kali. Namun, istilah gagal berulang kali telah menjadi bagian dari hidup pendiri Uniqlo, Tadashi Yanai.

Yanai telah menjadi salah seorang terkaya di Jepang. Namun, siapa sangka kegagalan sangat lekat dalam bisnisnya dulu. "Aku sangat mengerti bagaimana kegagalan itu," kata Yanai seperti dikutip dari Channel NewsAsia, Selasa (10/1/2017).

Ketika Uniqlo melebarkan sayap ke Inggris, retail itu gagal. Tak hanya itu, ke China dan Amerika pun, Uniqlo pun tidak memperoleh kesuksesan.

Pertama kali Uniqlo masuk ke pasar Inggris pada 2001, membuka 21 cabang dalam 2 tahun. Perusahaan berkembang pesat tetapi karena ada kesalahan manajemen di toko Inggris, Uniqlo harus menutup 16 tokonya di sana. "Itu merupakan kerugian besar," ujar pria berusia 67 tahun itu.

Namun, Yanai tak lantas putus asa. Ia percaya filosofi yang menyatakan "Gagal sembilan kali, sukses di percobaan kesepuluh." Ia pun menyerah dengan kegagalannya yang beruntung.

Pria yang merupakan anak seorang penjahit ini juga memiliki impian untuk mendapatkan medali emas. Sebab, menurut dia, tidak ada atlet di Olimpiade yang mengharapkan medali perak atau perunggu, semua mengharapkan medali emas.

Sehingga ia pun memiliki tujuan untuk mengembangkan Uniqlo sebagai retail pakaian nomor satu di dunia pada 2020. Ia pun dengan yakin akan mendapatkannya.

Meski gagal berulang kali, pendiri Uniqlo Tadashi Yanai tak menyerah.

"Kami sudah berada di jalan yang benar. Kami juga memiliki kemampuan untuk melakukannya, tanpa keraguan," tegasnya.

Setiap minggu, Uniqlo membuka toko baru di tempat mana saja di dunia. Hal itu tentu sejalan dengan tujuan perusahaan yakni menjadi nomor 1 di dunia.

Meski begitu, Yanai tidak membutuhkan penerus seperti dia yang akan terus mengembangkan perusahaan. Sebab, ia percaya, pekerjaan ini tidak dapat dilakukan sendiri. Ia pun telah membentuk tim sebagai penerusnya dan berharap tim tersebut dapat menjadikan Uniqlo semakin berkembang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya