Celeng Srenggi Gumalung `Ngamuk` di Pentas Mardi Raharjo

Paguyuban jathilan Mardi Raharjo ini telah terbentuk sejak 1951.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Jan 2017, 15:02 WIB
Celeng Srenggi Gumalung

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan seni jathilan di Yogyakarta tidak dapat dimungkiri tumbub begitu pesat. Salah satunya adalah Paguyuban Jathilan Mardi Raharjo (MR) yang beralamat di Metes RT 42, Argorejo, Sedayu, Bantul.

Paguyuban jathilan ini telah terbentuk sejak tahun 1951 dan terus berusaha menjaga eksistensinya dengan cara selalu menampilkan sesuatu yang berbeda. Sekitar tiga bulan yang lalu, Jathilan MR ini melakukan terobosan baru dengan menghadirkan sosok Celeng Srenggi Gumalung yang diperankan oleh seniman multitalenta Gandung Purnomo dan seniman cilik Farrel Pradipta.

Tokoh ini diambil dari cerita daerah Jawa Timur yang dikolaborasi dengan tarian babak keempat (babak terakhir) Jathilan Mardi Raharjo, yakni Tarian Kuda Gagak Rimang.

Tarian Kuda Gagak Rimang adalah tarian pasukan berkuda yang menceritakan perang antara Arya Penangsang dengan pasukan Danang Suta Wijaya. Salah satu mitos dari kuda tersebut adalah saat tuannya, yaitu Arya Penangsang, tewas dalam peperangan, Kuda Gagak Rimang pun menghilang atau moksa, tidak ada bentuk jasadnya.

Berdasarkan mitos tersebut, Jathilan Mardi Raharjo menggambarkan dari sisi keadaan peperangan saat itu hingga seluruh hewan dan mahluk hidup lainnya merasa terganggu dengan adanya kejadian tersebut.

Bukan dari kisah atau cerita yang lebih ditonjolkan, tetapi dari gambaran saat peperangan dan akibatnya sehingga ditampilkan sosok Celeng Srenggi Gumalung yang merasa sangat terganggu dengan peperangan antara pasukan Arya Penangsang dengan Suta Wijaya.

Celeng Srenggi Gumalung meluapkan kemarahannya dengan mengamuk dan menyerang pasukan berkuda hingga kuda-kuda tersebut lari tunggang langgang dan para penunggangnya jatuh berhamburan.

Di dalam pertunjukan Jathilan Mardi Raharjo, Celeng Srenggi akan mengejar dan “menghajar” penunggang kuda dan tunggangannya hingga terjatuh dan akhirnya kesurupan. Inilah yang sangat dinanti-nanti penonton Jathilan Mardi Raharjo sebagai penutup pertunjukan dalam menghadirkan bentuk kreativitas yang berani tampil beda. Terbukti di saat pementasan terakhir Minggu (25/12/2016) di Ngreboh II, Piyaman, Wonosari, penonton sangat puas menikmati tontonan jathilan tersebut.

Penonton ataupun penggemar Jathilan Mardi Raharjo selalu mengikuti dan mengamati perkembangan jathilan ini yang punya slogan Berani Tampil Beda, Asyik Musiknya, Ada Aja Idenya.

Penulis:

Elisabeth Sutriningsih/Alumni Prodi Public Relations ASMI Santa Maria Yogyakarta

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya