Liputan6.com, Jakarta Tak sedikit wanita yang percaya bahwa tumbuhnya rambut vagina bertugas sebagai pelindung vagina dari serangan bakteri, bahkan dari penyakit menular seksual (PMS). Sayangnya, hal ini adalah mitos belaka.
"Rambut kemaluan saja tidak cukup untuk melindungi wanita dari PMS," kata Sejal Shah, MD, dermatologis dari New York. Ia menyebutkan, rambut vagina berpeluang sebagai tempat berkembangnya bakteri dan mengakibatkan masalah kesehatan organ vital.
Advertisement
Berikut mitos seputar rambut vagina yang harus diabaikan wanita, dikutip dari Prevention, Selasa (10/1/2017).
Mitos 1
Warna rambut kemaluan sama dengan warna rambut Anda.
"Faktanya sebagian besar warna rambut vagina cenderung mengarah ke warna alis Anda," kata Askew.
Mitos 2
Rambut kemaluan tidak pernah berhenti tumbuh
"Rambut kemaluan berhenti antara 0,5 hingga dua inci dan akan menipis. Biasanya perubahan ini terjadi ketika wanita mengalami menopause atau kekurangan hormon," kata Askew.
Mitos 3
Rambut kemaluan mengurangi kenikmatan seksual
Banyak wanita yang percaya bahwa hadirnya rambut vagina dapat mengurangi kenikmatan saat bercinta. Padahal, menurut Askew, rambut vagina justru akan membuat wanita lebih terangsang dan mendapatkan aktivitas seksual yang lebih intim.