Liputan6.com, New York - Wall Street bergerak di dua arah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Saham-saham di sektor keuangan menguat sedangkan saham-saham di sekto energi tertekan.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (11/1/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 31 poin atau 0,16 persen ke angka 19.855,53, setelah di awal perdagangan sempat menyentuh level 20.0000.
S&P 500 bergerak mendatar atau tak berubah dan tetap berada di level 2.268. Sedangkan indeks Nasdaq naik 20 poin atau 0,36 persen ke level 5.551,82. Dengan kenaikan 20 poin ini indeks Nasdaq mampu menetak rekor tertinggi baru.
Baca Juga
Advertisement
Wall Street terutama DJIA mampu terus menerus menguat sejak Donald Trump terpilih menjadi presiden AS. Investor meihat bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil Trump seperti stimulus fiskal dan pemotongan pajak akan membuat perusahaan-perusahaan menorehkan kinerja positif.
Banyak analis dan ekonom percaya bahwa bursa AS akan bergerak positif terus-menerus sepanjang tahun ini yang terdorong oleh perbaikan ekonomi AS.
"Sentimen yang ada sangat jelas. Saham pro dengan kebijakan-kebijakan pertumbuhan yang didengungkan oleh Washington," jelas Kepala Analis U.S. Bank Wealth Management, Terry Sandven. Ia memperkirakan indeks S&P 500 akan naik ke 2.400 di akhir tahun ini.
Namun memang, perlu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan agar Wall Street bisa mencapai kinerja yang positif di tahun ini. Perusahaan-perusahaan harus bekerja keras untuk mencapainya.
Pada perdagangan Selasa ini, saham-saham sektor energi tertekan karena harga minyak AS turun 2,2 persen ke level US$ 50,82 per barel. Saham Exxon Mobil dan Chevron turun masing-masing lebih dari 0,5 persen dan menjadi beban utama untuk DJIA.
Sementara sektor keuangan dan industri memimpin kenaikan yang terdorong oleh lonjakan harga saham maskapai. Alaska Air Group naik 5,2 persen dan United Continental Holdings dan Delta Air Lines naik lebih dari 2 persen. (Gdn/Ndw)