Liputan6.com, Amerika Serikat Para peneliti di McLean Hospital di Massachusetts, Amerika Serikat menemukan penggunaan gawai tablet termasuk aman dan berpotensi efektif untuk mengelola agitasi (kegelisahan) pada pasien yang menderita demensia. Kondisi ini menyebabkan otak mengalami kemunduran daya ingat.
Baca Juga
Advertisement
"Tablet sebagai intervensi nonfarmakologis (bukan dengan pemberian obat-obatan) untuk agitasi pada orang dewasa yang lebih tua, termasuk mereka yang menderita demensia akut, dinilai aman dan bermanfaat," kata Ipsit Vahia, direktur medis dari Geriatric Psychiatry Outpatient Services di McLean Hospital, rumah sakit jiwa yang berafiliasi dengan Harvard Medical School.
Ipsit menambahkan, langkah pertama mengembangkan data empiris sangat dibutuhkan bagi dokter dan perawat untuk bisa menggunakan tablet sebagai terapi secara efektif.
Tim peneliti mengembangkan, cara menggunakan teknologi tablet sebagai alat meningkatkan perawatan serta berbagai aplikasi yang bekerja melayani kebutuhan penderita demensia.
Penelitian baru-baru ini diterbitkan dalam versi daring dari The American Journal of Geriatric Psychiatry.
Aplikasi seni dan musik
Aplikasi seni dan musik
Penelitian ini dibangun berdasarkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan, seni, musik, dan terapi lain yang sejenis secara efektif mengurangi gejala demensia tanpa harus tergantung pada obat-obatan.
"Terapi seni dan musik dapat bekerja efektif untuk penderita demensia. Bagaimanapun tablet ini memberikan Anda pilihan untuk beralih dari satu aplikasi ke aplikasi lain dengan mudah sehingga Anda tidak perlu berinvestasi perangkat teknologi lainnya," jelas Ipsit.
Para peneliti mengunggah 70 aplikasi ke tablet untuk diteliti. Aplikasi ini tersedia secara bebas di iTunes dan bervariasi sesuai kebutuhan kognitif mereka.
Misal, dari sebuah aplikasi ditampilkan foto anak anjing kemudian bisa beralih ke aplikasi permainan sodoku.
Penggunaan tablet termasuk aman bagi tiap pasien. Pengawasan dan pelatihan yang tepat dapat meningkatkan keterlibatan mereka dengan perangkat sebesar hampir 100 persen.
Studi ini juga menemukan, tablet sangat efektif mengurangi gejala agitasi, terutama namun tak hanya, pada pasien dengan tingkat demensia yang masih ringan.
Advertisement
Bangun interaksi
Bangun interaksi
Melansir laman PsychCentral, Rabu (11/1/2017), Ipsit mengutip beberapa contoh potensi tablet untuk meningkatkan kondisi pasien. Seorang pasien, yang hanya bisa berbicara Rumania sangat agresif dan mudah marah, sedangkan obat-obatan tidak efektif mengontrol gejala-gejalanya.
"Kami mulai menunjukkan kepadanya video klip (berbahasa) Rumania di YouTube. Dan perilakunya berubah secara dramatis. Suasana hatinya makin membaik. Ia menjadi lebih interaktif. Ia dan tim medis juga mulai menggunakan aplikasi terjemahan sehingga tim medis bisa menanyakan pertanyaan sederhana soal Rumania. Hal ini meningkatan interaksi antara dirinya dan tim medis," ungkapnya.
Berdasarkan bukti tersebut, peneliti memperluas penggunaan perangkat tablet sebagai alat mengontrol agitasi pada pasien demensia di McLean Hospital.
Selain itu, para peneliti berpeluang mengembangkan data yang lebih akurat dan memperluas ruang lingkup penelitian, termasuk faktor klinis tertentu yang dapat memengaruhi bagaimana pasien demensia merespons aplikasi pada tablet.