Cara Ahok Tangkal Kos-kosan Jadi Sarang Teroris dan Prostitusi

Pada awal Desember 2016 lalu, Detasemen Khusus 88 menggerebek kos-kosan di Bintara, Bekasi, Jawa Barat, terkait terorisme.

oleh Liputan6 diperbarui 11 Jan 2017, 16:05 WIB
Cagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersama Cawagub Djarot Saiful Hidayat berada di acara penggalangan dana kampanye di Jakarta, Minggu (27/11). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok punya cara sendiri untuk mengantisipasi penyalahgunaan kos-kosan atau rumah kontrakan.

Strategi calon gubernur nomor urut 2 itu adalah dengan memaksimalkan peran lurah agar tidak ada lagi kamar kos yang menjadi tempat prostitusi atau sarang teroris.

"Sebetulnya tergantung pada lurah. Mereka harus tahu wilayahnya ada atau tidak ada," kata Ahok di Rumah Lembang, Jakarta Pusat, Rabu (11/1/2017).

Menurut Ahok, seorang lurah harus bertanggung jawab dan tahu wilayahnya. "Makanya kita evaluasi lurah-lurah yang ada. Dia sebagai orangtua harus tanggung jawab," ujar Ahok.

Diketahui pada awal Desember 2016 lalu, Detasemen Khusus 88 menggerebek sebuah rumah kos-kosan di Bintara, Bekasi, Jawa Barat, terkait terorisme.

Petugas menemukan bom aktif yang dikemas dalam panci presto, sebelumnya disebut sebagai rice cooker.

Petugas menemukan bom yang akan diledakkan oleh seorang pengantin perempuan yang baru pindah tiga hari yang lalu.

Kos-kosan juga menjadi tempat prostitusi seperti pada kasus anak laki-laki yang dijajakan untuk kaum gay di Kelurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, pada akhir Agustus 2016. (Yunita Oktaviany).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya