Liputan6.com, Jakarta Meskipun berbagai upaya pengendalian rokok telah banyak diterapkan di sejumlah negara, namun faktanya jumlah perokok terus meningkat secara global. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memprediksi, rokok akan membunuh 8 juta orang tiap tahun pada 2030 bila dibiarkan.
Laman Daily Mail, Kamis (12/1/2017) menulis, dalam data terbaru, WHO melaporkan kematian akibat tembakau menyebabkan kerugian dunia hingga $1 triliun. Sedangkan pendapatan pajak rokok hanya menghasilkan $269 miliar pada 2013-2014.
Advertisement
Saat ini, jumlah perokok 6 juta jiwa per tahun. Mereka yang paling banyak merokok berasal dari negara-negara berpenghasilan rendah.
Laporan 688 halaman yang disusun oleh 70 ahli kesehatan masyarakat bersama dengan US National Cancer Institut ini menegaskan betapa rokok menyebabkan kerugian hingga lebih dari $1 triliun karena biaya perawatan kesehatan dan hilangnya produktivitas setiap tahun.
"Ilmu pengetahuan sudah jelas, waktunya bertindak sekarang," tulis para ahli tersebut.
Jumlah perokok di Amerika dan Inggris sebenarnya mengalami penurunan signifikan karena adanya rokok eletrik (e-rokok). Namun para ahli masih ragu apakah rokok elektrik ini berdampak positif atau negatif.
Studi yang pernah dilakukan menemukan adanya bahaya pada cairan (liquid) rokok elektrik. Kendati demikian, para ahli kesehatan sepakat untuk meminta pemerintah setempat menaikkan pajak tembakau.
Para pejabat WHO juga memperingatkan kontrol ketat pada produk tembakau. Seperti misalnya kebijakan pajak dan harga, kebijakan bebas asap rokok yang komprehensif, larangan lengkap tentang pemasaran perusahaan rokok dan label peringatan bergambar yang menonjol.
Pajak tembakau juga dapat digunakan untuk mendanai intervensi yang lebih mahal seperti kampanye antitembakau dan peningkatan layanan dan perawatan bagi mereka yang ingin berhenti merokok.