Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) mengklaim telah memberikan kontribusi terhadap upaya peningkatan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia pada 2016 diperkirakan mencapai US$ 940,95 miliar. Salah satu peran Pertamina dalam pencapaian GDP adalah menyediakan Bahan Bakar Minyak dengan harga terjangkau.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan GDP suatu negara dipengaruhi oleh empat komponen, yaitu konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, investasi dan selisih antara ekspor dikurangi impor.
Advertisement
"Dalam konteks keempat komponen tersebut, Pertamina berperan cukup besar sehingga memberikan pengaruh terhadap GDP Indonesia," kata Dwi, di Jakarta, Rabu (11/1/2017).
Dwi menerangkan, dalam hal konsumsi masyarakat, harga BBM yang terjangkau ikut merangsang kegiatan ekonomi masyarakat. Ditambah lagi dengan penerapan BBM Satu Harga di seluruh Nusantara yang disamping memberikan keadilan bagi seluruh masyarakat, juga berperan untuk menstimulasi kegiatan perekonomian masyarakat.
“Dengan BBM Satu Harga, masyarakat merasakan betul dampak positifnya. Dengan harga BBM yang lebih terjangkau, masyarakat menjadi lebih leluasa dalam melakukan aktivitas ekonomi, lebih produktif dan distribusi barang menjadi lebih efisien sehingga memengaruhi harga-harga barang lainnya,” papar Dwi.
Dari aspek belanja pemerintah, Pertamina telah berperan untuk mendukung anggaran negara melalui kontribusi dividen dan pajak. Hingga November lalu misalnya, Pertamina telah menyetor pajak tidak kurang dari Rp 58 triliun. Selanjutnya komponen investasi yang dilakukan Pertamina, sampai 2025 telah memiliki rencana investasi lebih dari US$100 miliar.
"Investasi tersebut dialokasikan untuk berbagai lini usahanya, termasuk pembangunan infrastruktur energi yang tidak hanya berperan penting untuk ketahanan energi nasional tetapi juga dalam penyerapan tenaga kerja," ungkapnya.
Dwi melanjutkan, untuk komponen terakhir mengenai selisih ekspor dan impor yang ditunjukkan dengan penurunan volume impor sejumlah produk bahan bakar.
Dengan adanya peningkatan kehandalan dan kapasitas kilang melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery, diharapkan dapat mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional dan membebaskan Indonesia dari ketergantungan impor produk BBM pada 2023.
“Yang mengalami penurunan impor signifikan di antaranya Solar," tutup Dwi.