Liputan6.com, Jakarta - Penganiayaan hingga berakibat tewas terhadap taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) kembali terjadi. Kali ini, kejadian itu menimpa Amirullah Adityas Putra, Selasa 10 Januari 2017. Taruna berusia 19 tahun itu meregang nyawa di tangan seniornya.
Aksi tak terpuji para senior itu dilakukan di Gedung Dormitory ring 4, kamar M205 lantai 2, Jalan Marunda Makmur, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Advertisement
Kejadian itu bermula ketika salah satu dari para senior itu mengumpulkan junior setelah mereka selesai latihan drum band, sekitar pukul 22.00 WIB.
Enam taruna STIP tingkat satu, termasuk Amirullah Adityas Putra, akhirnya mengikuti perintah empat seniornya itu. Mereka berkumpul di lantai 2, kamar M-205. Sesampainya di lokasi, satu per satu para senior itu menganiaya taruna tingkat satu dengan tangan kosong.
Namun, ketika pukulan terakhir dilayangkan WS, tiba-tiba Amirullah pingsan dan ambruk ke dada seniornya itu.
Panik melihat kejadian itu, para senior langsung membaringkan Amirullah di tempat tidur. Empat senior tersebut lalu menghubungi seniornya di tingkat 4 dan langsung dilanjutkan ke pembina dan piket medis STIP untuk memeriksa kondisi korban. Saat itu kondisi korban sudah tidak bernyawa.
Saat ini, polisi telah menetapkan lima senior penganiaya Amir, sapaan akrab Amirullah, menjadi tersangka. Kasusnya kini ditangani oleh Polrestro Jakarta Utara.
Tak hanya itu, sejumlah hal lain tentang sang penganiaya junior itu juga mencuat. Berikut rangkuman fakta di balik senior sang penganiaya Amir hingga tewas.
Senior Orang Baik
Sebelum meninggal, Amir selalu mengenalkan kepada orang lain bahwa seniornya di STIP adalah teman belajar dan bermain yang menyenangkan. Pernyataan itu diungkapkan Amir kepada kekasihnya, Amira, sebelum tragedi itu terjadi.
"Amir tuh justru pernah ngenalin seniornya, Akbar, ini loh orangnya baik banget. Sebulan yang lalu seingat saya dikenalin," kata Amira di rumah duka, Warakas, Jakarta Utara, Rabu (11/1/2017).
Amira mengaku tidak menyangka bahwa salah satu seniornya yang pernah dikenalkan Amir sebagai orang baik justru menjadi satu dari kelima tersangka penganiayaan yang menewaskan Amir. Seharusnya, para senior mengayomi adik kelasnya dalam sebuah institusi pendidikan.
"Siapa yang nyangka, Amir bilangnya dia baik, enak orangnya," tambah dia.
Advertisement
Senior Dipecat
Lima taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) diamankan kepolisian. Mereka diduga menganiaya juniornya di tingkat satu hingga tewas. STIP mengambil langkah tegas dengan memecat kelimanya sebagai taruna.
Kepala STIP Capt Weku F Karuntu mengatakan, pihaknya menyerahkan kasus ini seluruhnya ke kepolisian.
"Biarkan berproses secara hukum, ranah pidana kami tidak mencampurinya," kata Weku saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (11/1/2017).
Saat ini, kata Weku, pihaknya akan segera menggelar sidang untuk pemecatan para taruna yang diduga menganiaya dan menewaskan Amirullah Adityas Putra (19).
"Kami akan melakukan sidang, sementara sambil berjalan simultan proses di kepolisian, sesegera mungkin dipecat," ujae Weku.
Kebijakan ini akan membuat kehidupan para senior menjadi miris. Mereka yang sesaat lagi akan menyandang predikat, kandas di tengah jalan akibat ulahnya sendiri.
Dibawa ke Ranah Hukum
Pemukulan dan pengeroyokan terhadap Amirullah Aditya Putra oleh empat seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) berbuntut panjang. Seluruh senior yang terlibat pemukulan harus berhadapan dengan hukum.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, kasus ini harus diselesaikan di jalur hukum, mengingat sudah ada korban meninggal. "Berkaitan dengan pelaku. Karena ada yang sampai meninggal, kita nilai ini sebagai sesuatu ranah hukum," kata Budi Karya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/1/2017).
Budi Karya menyerahkan kasus pemukulan hingga menyebabkan orang meninggal ini kepada kepolisian. Aparat diberi keleluasaan untuk mengungkap secara tuntas kasus ini.
"Kami berikan kesempatan aparat hukum untuk melakukan tindakan yang semestinya kepada mereka," pungkas Budi.
Advertisement