8 Tahun Tegar Lawan Kanker Serviks, Amber Akhirnya Meninggal

Setelah menjalani 20 kali tes pap smear, keganasan kanker serviks yang diderita Amber mengakibatkan dirinya meninggal.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 12 Jan 2017, 14:40 WIB
Amber meninggal karena kanker serviks usai menjalani 20 kali tes pap smear. (Foto: Mirror)

Liputan6.com, Inggris Perjuangan Amber Rose Cliff yang menderita kanker serviks harus berakhir. Setelah melakukan 20 kali tes pap smear (pengambilan sampel sel-sel kanker di leher rahim), Amber yang berusia 25 tahun meninggal pada hari Minggu kemarin, 8 Januari 2017.

Gejala kanker serviks sudah diderita Amber sejak usia 18 tahun. Lantas ia memeriksakan diri ke dokter dan diminta melakukan screening. Sayangnya, hasil pemeriksaan screening tidak menunjukkan apa-apa.

Hasil pemeriksaan yang tidak pasti membuat pihak keluarga mengambil inisiatif agar Amber melakukan tes pap smear.

Pemeriksaan pap smear dilakukan setelah tiga tahun berselang sejak Amber ini pertama kali menjalani screening.

"Kami menemani Amber melakukan pap smear ketika dia berusia sekitar 21 tahun. Ternyata tumor kanker di leher rahimnya telah berkembang selama bertahun-tahun. Dia mulai menjalani kemoterapi dan radioterapi. Akhirnya, dia harus dioperasi untuk mengangkat bagian-bagian tumor kanker dari sistem reproduksinya," kata Josh Cliff, saudara kandung Amber, dikutip dari Mirror, Kamis (12/1/2017).

Meskipun periode pemulihan dilakukan Amber, kanker mulai menyebar ke kelenjar getah bening, paru-paru, dan tenggorokan. Berdasarkan data Cancer Research UK, ribuan wanita didiagnosis menderita kanker serviks tiap tahun, terutama dialami wanita muda.


Dilematis usia untuk tes pap smear

Dilematis usia untuk tes pap smear

Kebanyakan ahli kesehatan menyetujui, wanita yang melakukan screening dan pap smear rutin dalam usai yang lebih muda dinilai tidak efektif. Hal ini dikarenakan pap smear hanya dilakukan pada wanita yang berusia 25 tahun ke atas.

"Deteksi dini gejala kanker serviks tidak terlihat pada usia lebih muda sehingga minim mengetahui berkembangnya kanker serviks. Jika Anda melihat gejala yang tidak biasa, seperti pendarahan selama menstruasi, menopause atau perubahan lain di tubuh, sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter," kata Dr Jana Witt, staf informasi kesehatan di Cancer Research UK.

Namun, gejala kanker serviks yang tidak terdeteksi pada Amber membuat pihak keluarga tetap menuntut perubahan undang-undang soal pap smear bahwa wanita yang berusia di bawah 25 tahun juga berhak melakukan pap smear. Mereka membuat petisi online dan menginginkan keadilan hukum untuk Amber.


Sembunyikan penyakitnya

Sembunyikan penyakitnya

Ketika didiagnosisi kanker serviks, Amber membatasi pergaulan terhadap orang lain.

Lulusan jurusan bisnis dari Sunderland University, Inggris ini menyembunyikan penyakitnya dari orang lain. Hanya kerabat dan keluarganya saja yang mengetahui penyakitnya.

"Dia tidak ingin simpati. Dia menolak agar orang-orang tidak merasa kasihan padanya. Sulit bagi kami karena harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja," ungkap Josh.

Amber bersama saudaranya Josh Cliff pada Natal tahun lalu. (Foto: Mirror)

Pada hari Sabtu sebelum meninggal, Amber dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans  akibat mengalami masalah pernapasan.

Meskipun begitu, ia tidak berkeluh kesah. Hal yang terbayang di benak Josh, Amber menghabiskan waktu Natal tahun lalu bersama keluarga.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya