Liputan6.com, Jakarta Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan melawat ke Indonesia. Rencananya, orang nomor satu di Pemerintahan Negeri Matahari Terbit tersebut datang pada pekan ini.
"Kunjungan PM Jepang ke Indonesia pada 15-16 Januari pada hari Minggu dan Senin," sebut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanantha Nasir di Kantor Kemlu, Kamis (12/1/2016).
Menurut pria yang kerap disapa Tata ini, lawatan Abe ke Indonesia sangat penting.
Pasalnya, Indonesia masuk dalam rangkaian kunjungan pertama Abe ke luar negeri di awal 2017.
Selain itu, Abe merupakan tamu kepala negara/pemerintahan pertama yang diterima Presiden Joko Widodo. Dengan fakta-fakta tersebut, Tata menyebut, Indonesia dan Jepang terus menjalin hubungan yang sangat erat.
Baca Juga
Advertisement
"Ini komitmen tinggi kedua negara untuk mempererat hubungan bilateral. Ini kali ke empat kedua kepala negara/pemerintahan bertemu dalam kurun waktu dua tahun," ucap dia.
"Jepang merupakan mitra strategis Indonesia di berbagai bidang, kita terus tingkatkan kerjasama dengan prinsip dasar saling menguntungkan," sambung Tata.
Akan ada beberapa sektor yang akan dibahas. Di antaranya, politik, ekonomi, kemaritiman dan sosial budaya.
Dalam lawatan ke Indonesia, PM Abe tidak hanya didampingi pejabat serta beberapa menteri, namun, puluhan CEO, dari perusahaan terkemuka di Jepang datang pula ke Indonesia.
"CEO bersal dari berbagai bidang perbankan, industri pertanian, properti, energi, manfaktur, infrastruktur dan industri baja," ucap Tata.
Banyaknya CEO yang datang, menyebabkan porsi utama pembicaraan Joko Widodo dan Abe akan difokuskan pada bidang ekonomi.
"Beberapa isu dalam ekonomi yang jadi perhatian adalah kerjasama di bidang infrastruktur, peningkatan konektivitas serta investasi di bidang maritim," tutur dia.
Hubungan ekonomi Indonesia dan Jepang pada 2016 ini terus mengalami perbaikan. Antara Januari dan Oktober tahun lalu perdagangan kedua negara mencapai US$ 23,82 miliar.
Sementara investasi Jepang ke Indonesia dalam waktu yang sama mengalami peningkatan dua kali lipat menjadi sebanyak US$ 4.498 miliar.