Liputan6.com, Pontianak - Sejumlah komponen di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, telah mengadakan pertemuan terkait aksi penolakan sekelompok orang terhadap kehadiran Wakil Sekjen MUI Teuku Zulkarnain di Bandara Susilo Sintang, Kamis pagi, 12 Januari 2017.
Wakil Bupati Sintang Askiman menuturkan, kejadian di bandara tersebut merupakan gerakan spontanitas dan bukan terencana.
"Ini terjadi akibat adanya kesalahpahaman informasi yang didapat oleh kelompok tertentu, sehingga menimbulkan pemikiran yang kurang mengenakkan," kata dia di Sintang, dilansir Antara, Jumat (13/1/2017).
Sebelumnya, kemarin sekitar pukul 09.00 WIB, telah terjadwal pelantikan Ketua DAD Kabupaten Sintang. Dalam pelaksanaannya, semua panitia dan pengurus menunggu kedatangan Gubernur Kalbar Cornelis sebagai Ketua Majelis Adat Dayak Nasional. Kemudian, sejumah panitia menjemputnya ke Bandara Susilo Sintang.
"Ternyata sampai di bandara baru diketahui bahwa gubernur tidak jadi datang, karena ada kegiatan kedinasan lain," kata dia.
Sesampai di bandara, lanjut Askiman, mereka mendapatkan informasi ada Sekjen FPI yang datang ke Kota Sintang. Mereka lalu secara spontan mengumpulkan massa untuk menolak kehadiran Zulkarnain karena dikira sebagai Sekjen FPI.
Baca Juga
Advertisement
Mereka lalu masuk dari terminal kedatangan bandara, langsung mendekati pintu pesawat, dan berorasi menolak kedatangan Zulkarnain, yang akan mengikuti tablig akbar di Kota Sintang, Sekadau, Sanggau serta Melawi.
Penolakan tersebut membuat Zulkarnain tidak bisa turun dari pesawat dan kembali ke Pontianak, membatalkan kegiatan hari itu. Karena itu, kata Askiman, setelah dilakukan pertemuan dengan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), para tokoh FKUB pun sepakat mengeluarkan pernyataan sikap bersama yang lahir tanpa paksaan.
Pernyataan sikap ini berbunyi sebagai berikut:
Kami yang bertanda tangan di bawah ini, sangat mendambakan kehidupan Kabupaten Sintang yang sudah terjalin dengan baik dan harmonis, untuk tetap dapat dipertahankan.
Kami menyadari bahwa Kabupaten Sintang terdiri dari berbagai suku, bangsa, budaya, etnis dan agama. Sangat menghormati dan menjunjung tinggi keberagaman. Oleh karena itu, kami tidak ingin kehidupan yang sudah tenteram, damai dan penuh kekeluargaan, dirusak oleh pihak-pihak yang bisa memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Kami tidak menolak kehadiran lembaga atau kapasitas seseorang sebagai tokoh agama. Tapi sesungguhnya yang kami tolak adalah paham radikal seseorang atau kelompok tertentu, yang dapat memecah belah hubungan antarumat beragama. Serta tidak menerjemahkan kitab suci agama lain, yang akan menyesatkan kepercayaan orang lain.
"Kita harapkan, adanya kesadaran dari semua pihak untuk konsisten menjaga kelangsungan hidup Kabupaten Sintang ini yang penuh damai, harmonis dan rasa kekeluargaan yang tinggi. Tidak terusik oleh kepentingan kelompok lain yang akan memecahbelahkan Kota Sintang ini," kata Askiman.