Liputan6.com, Jakarta - Menjadi mata-mata bagi sebagian orang adalah pekerjaan yang mengasyikkan. Tak sedikit dari orang 'biasa' bermimpi ia akan direkrut untuk jadi intelijen.
Rupanya, itu bukan isapan jempol biasa. Perekrutan untuk jadi mata-mata dilakukan kepada orang awam yang sudah memiliki pekerjaan tetap. Permasalahannya, mereka adalah selebritas.
Advertisement
Contohnya adalah penulis Inggris, George Orwell yang disebut-sebut direkrut oleh Inggris untuk menginfiltrasi grup komunis di dalam negeri.
Berikut adalah 5 selebritas-- termasuk produser Hollywood dan perancang adi busana-- yang diam-diam direkrut untuk melakukan aksi spionase. Ada yang jadi agen CIA hingga mata-mata untuk Israel.
Liputan6.com mengutip dari cracked.com dan berbagai sumber pada Minggu (15/1/2017).
Berikut kisahnya:
1. Produser Pretty Woman Pedagang Senjata untuk Israel
Lebih dari 130 film yang ia produseri, termasuk Pretty Woman, L.A. Confidential, Fight Club, 12 Years A Slave, hingga serial Alvin And The Chipmunks, tak heran kekayaan Arnon Milchan mencapai US$ miliar.
Dan uang itu murni dari hasil filmnya. Tak satu sen pun ia dapatkan dari waktu luangnya yang ia habiskan sebagai pialang senjata untuk Israel dari CIA.
Bahkan saat membujuk aktor hebat, Milchan bisa sambil bekerja untuk mengatur penjualan senjata untuk Lakam alias Bureau Of Scientific Relations milik Israel yang sudah ditutup. Biro itu berfungsi untuk fokus pada riset senjata nuklir dan pertukaran teknologi senjata.
Milchan secara pribadi direkrut pada pertengahan 1970-an oleh Shimon Peres yang kala itu belum menjadi perdana menteri. Pada tahun itu, Milchan telah mengoperasikan 30 perusahaan berbeda di 17 negara. Profilnya sungguh menggiurkan.
Media Israel menyebut sosok pria misterius sebagai 'Chuck Norris-nya Lakam'. Diduga karena ia kerap perada di setiap perjanjian penting negara tersebut.
Jadi mata-mata bukanlah hal menyenangkan dan mengasyikkan bak film James Bond. Pada tahun 1985, salah satu perusahaannya terkuak menyelundupkan senjata nuklir ke Israel.
Namun, namanya 'bersih' dan perusahaannya dinyatakan tidak bersalah pada era Ronald Reagan.
Advertisement
2. Tur di Eropa Sambil Jadi Mata-Mata
John Steinbeck dikenal sebagai novelis besar Amerika yang menggunakan prosa sederhana untuk membuat cerita yang seakan-akan ditujukan untuk anak di bawah umur. Padahal kisah dewasa tentang seorang perempuan yang dipaksa menyusui pria dewasa. Hal itu berkat novelnya yang terkenal dan mendapat hadiah Pulitzer, The Grapes of Wrath.
Kisah tentang kehidupan pekerja migran di masa Great Depression. Sebuah buku sastra modern Amerika yang wajib dibaca.
Steinbeck hidup dengan menulis kisah tentang tikus, anggur, dan debu. Jauh dari bayangan ia mampu menulis bak Ian Flemming yang disebut-sebut berpartisipasi dalamm aksi spionase sungguhan. Meski demikian, setelah sukses dengan bukunya itu, ia menjadi koresponden perang untuk New York Herald Tribune selama Perang Dunia II.
Steinbeck terus menulis buku dan melahirkan berbagai novel.
Namun, sebuah dokumen yang dirilis ke publik --berdasarkan Freedom of Information of Act-- terkuat fakta bahwa penulis kesayangan Amerika Serikat itu ternyata adalah mata-mata.
Berawal pada tahun 1952. Perang Dingin sepertinya membeku di permukaan. Steinbeck ditugasi oleh Collier's Magazine keliling Eropa. Ia diminta menulis apapun di situ yang ia lihat.
Penugasan itu membuat Steinbeck memiliki gagasan untuk menulis surat kepada bos CIA kala itu, Walter Bedell. Ia menawarkan diri untuk memata-matai gerak-gerik lawan AS di Eropa.
Smith menyambut ide itu. Ia lantas mengatur pertemuan di Washington dengan Steinbeck dan memberi perintah serta meminta rahasia ini tertutup rapat-rapat.
Sayangnya, tak ada yang tahu detail pertemuan itu.
Selama perjalanan itu, tiap hari Kamis, Steinbeck berada di Paris. Sebuah aktivitas yang dipercaya anak laki-laki bungsunya sang ayah melakukan pertemuan rahasia.
Yang kita tahu, berdasarkan Freedom of Information of Act adalah sebuah buku dengan 354 halaman berjudul Steinbeck: Citizen Spy ditulis oleh Brian Kannard.
3. Coco Chanel Tidur dengan Nazi
Gabrielle Bonheur Chanel alias Coco Chanel adalah legenda di dunia mode. Rancangannya yang revolusioner dan inovasinya menciptakan parfum Chanel No 5 membuat nama perempuan kelahiran 1883 itu "abadi" hingga saat ini.
Namun, dokumen rahasia Prancis yang dibuka baru-baru ini mengungkap "sisi gelap" Coco Chanel.
Dalam dokumen tersebut disebutkan, pejabat intelijen Prancis menduga Coco Chanel adalah seorang mata-mata untuk pihak Nazi semasa Perang Dunia II.
Seorang informan menceritakan kepada pihak berwenang bahwa perancang busana itu adalah pacar sekaligus mata-mata bagi seorang pejabat intelijen Jerman bernama Baron Hans Gunther von Dinklage.
Para ahli sejarah membuka arsip dinas rahasia Prancis pada Rabu, 16 Maret 2016. Dokumen yang dibuka termasuk sejumlah catatan tentang para pesohor yang dicurigai.
Sebuah catatan tentang Chanel berbunyi demikian, "Sebuah sumber di Madrid memberitahukan kami bahwa Madam Chanel pada 1942-1943 adalah seorang wanita selingkuhan dan agen bagi Baron Guenter von Dinklage," tulis Daily Mail.
"Dinklage pernah menjadi seorang atase di kedutaan besar Jerman pada 1935. Ia bekerja sebagai ahli propaganda dan kami mencurigainya sebagai agen.”
Arsip itu juga menduga Chanel tercatat sebagai agen Abwehr, organisasi intelijen Nazi, demikian menurut para peneliti.
Dugaan ini telah lama terpikirkan oleh para sejarawan. Namun inilah pertama kalinya ada dokumen resmi yang membeberkan bahwa pihak berwenang Prancis juga mencurigai perempuan cantik itu memiliki kaitan dengan Nazi.
Sejauh ini pihak Chanel menolak tuduhan itu.
Advertisement
4. Aktivis Perempuan jadi Anggota CIA
Aktivis HAM dan feminist Gloria Steinem diduga bekerja untuk CIA demi sejumlah besar uang.
Di awal-awal mulainya Perang Dingin, CIA membuat organisasi yang merekrut mahasiswa, National Student Associaton, atau NSA. Agak mirip dengan organisasi Hitler Youth atau pada masa Uni Soviet, ada World Federation Of Democratic Youth.
Sebelum dibentuk NSA, CIA membentuk IRS atau Independent Research Service. Di organisasi itu, Gloria direkrut oleh CIA.
Gloria diberi tugas untuk berangkat ke Soviet mengikuti organisasi World Youth yang kemudian ikut festival di Helsinki dan Wina.
Gloria berhasil memasukkan pengaruh Baratnya ke festival itu. Ia disebut-sebut diganjar uang tunai yang banyak berkat kecerdasannya sebagai agen.
Gloria kini berusia 82 tahun, aktif sebagai aktivis HAM dan feminis.
5. Hitler Memata-matai Partai Nazi
Kopral Adolf Hitler mendapat tugas spionase pada September 1919. Ia diminta memata-matai kelompok kecil di Munich yang terkenal dengan Partai Pekerja Jerman.
Bagi tentara Jerman kata 'pekerja' dianggap naiknya pendukung Marxist.
Pada 12 September 1919, dengan baju sipil, Hitler muda datang ke pertemuan partai itu. Ia mendengar dengan tekun pidato ekonomi Gottfried Fedder, "Bagaimana dan dengan apa kapitalisme dihancurkan?"
Setelah pidato, Hitler mulai hengkang ketika seorang pria bangkit dan berbicara tentang ide negara bagian Jerman Bavaria melepaskan diri dari Jerman dan membentuk bangsa Jerman Selatan baru dengan Austria.
Ini yang membuat marah Hitler dan ia berbalik dan berbicara tegas terhadap orang tersebut selama lima belas menit berikutnya, membuat heran semua orang. Salah satu pendiri Partai Pekerja Jerman, Anton Drexler, dilaporkan berbisik: "Dia punya karunia untuk bisa orasi. Kita bisa menggunakan dia," demikian dikutip dari History Place.
Setelah ledakan Hitler berakhir, Drexler bergegas ke Hitler dan memberinya sebuah pamflet empat puluh halaman berjudul: "My Political Awakening." Dia mendesak Hitler untuk membacanya dan juga mengundang Hitler untuk kembali lagi.
Keesokan paginya, duduk di tempat tidurnya di barak-2 Resimen Infanteri memantau tikus makan remah-remah roti ia meninggalkan mereka di lantai, Hitler ingat pamflet itu dan membacanya. Dia sangat senang apa yang ditulis oleh Drexler, tercermin pemikiran politiknya pribadi - membangun nasionalis yang kuat, pro-militer, partai anti-Semit yang terdiri dari orang-orang dari kelas pekerja.
Beberapa hari kemudian, Hitler menerima kartu pos tak terduga yang mengatakan ia telah diterima sebagai anggota partai. Dia diminta untuk menghadiri pertemuan komite eksekutif, yang ia lakukan. Pada pertemuan bahwa ia gembira disambut sebagai anggota baru meskipun ia sangat ragu-ragu untuk bergabung.
Dalam Mein Kampf, Hitler menggambarkan kondisi partai: "selain dari beberapa arahan, tidak ada apa-apa, tidak ada program, tidak ada leaflet, tidak ada kartu keanggotaan, bahkan tidak stempel..."
Meskipun terkesan dengan kondisi sekarang Partai Pekerja Jerman, Hitler tertarik pada sentimen yang diungkapkan oleh Drexler bahwa ini entah bagaimana akan menjadi gerakan tidak hanya partai politik. Dan dalam partai tidak teratur ini, Hitler melihat kesempatan.
"Ini organisasi sedikit absurd dengan beberapa anggotanya yang bagis saya memiliki satu keuntungan untuk aktivitas pribadi yang nyata,"
Dia menghabiskan dua hari memikirkannya kemudian memutuskan.
"Saya akhirnya datang ke keyakinan bahwa saya harus mengambil langkah ini ... Itu tekad yang paling menentukan dalam hidup saya. Dari sini ada dan tidak akan ada jalan untuk kembali."
Adolf Hitler bergabung dengan komite Partai Pekerja Jerman (Deutsche Arbeiterpartei atau DAP) dan dengan demikian ia masuk ke dunia politik.
Advertisement