Liputan6.com, Davos - Delapan orang miliarder di dunia ini memiliki nilai kekayaan yang jika dijumlah setara dengan pendapatan 3,6 miliar penduduk miskin Bumi. Sementara, populasi penduduk di dunia lebih dari 7 miliar jiwa. Studi itu diungkapkan oleh lembaga amal dari Inggris, Oxfam.
Lembaga itu mengatakan angka itu datang dari data di mana kesenjangan antara si kaya dan si miskin makin "jauh lebih besar daripada dikhawatirkan".
Advertisement
Laporan Oxfam dirilis bertepatan dengan dimulainya World Economi Forum di Davos.
Namun, laporan itu dikritik oleh Mark Littlewood dari Institute of Economic Affairs, mengatakan Oxfam seharusnya fokus dengan isu pemerataan kesejahteraan.
Mark Littlewood, dari Institute Economic Affairs mengatakan, lembaga nirlaba asal Inggris itu harus berfokus pada cara-cara untuk meningkatkan pertumbuhan.
"Sebagai lembaga 'anti-kemiskinan', sangat aneh jika Oxfam bersinggungan dengan isu orang kaya," kata direktur jenderal lembaga think tank pasar bebas, seperti dikutip dari BBC, Senin (16/1/2017).
Littlewood mengatakan, untuk mereka yang peduli dengan "pemberantasan kemiskinan yang absolut ", seharusnya fokus pada langkah-langkah yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara, Ben Southwood, kepala penelitian di Adam Smith Institute, mengatakan, permasalah nyata yang terjadi bukan soal besaran kekayaan para miliarder itu, tapi meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin dunia tiap tahunnya.
"Setiap tahun kita disesatkan oleh statistik kekayaan yang dirilis Oxfam. Datanya sendiri tak bermasalah karena toh datang dari Credit Suisse. Yang bermasalah justru intepretasi mereka," ujar Southwood.
Perkumpulan Elite
Kate Wright, kepala urusan eksternal Oxfam, membela organisasinya terkait dengan laporan mereka.
"Laporan ini justru menantang para elite politik dan ekonomi," katanya.
"Kita jangan berada di bawah ilusi Davos. Padahal pertemuan itu tak lain hanya membicarakan belanja bagi kaum elite," ujar Wright.
Acara tahunan di Davos, dilakukan di sebuah resor ski Swiss -- demi untuk menarik perhatian para pemimpin politik dan pebisnis dunia.
Adapun 8 orang miliarder yang dimaksud Oxfam adalah: Bill Gates, Amancio Ortega, Warren Buffett, Carlos Slim Helu, Jeff Bezos, Mark Zuckerberg, Larry Ellison, dan Michael Bloomberg.
Wright menambahkan, kesenjangan ekonomi memicu polarisasi dalam politik. Ia memberi contoh pemilihan presiden AS dan Brexit.
Sementara itu, ekonom dari Inggris, Gerrad Lyons mengatakan, fokus pada jumlah kekayaan miliarder tidak selalu memberikan gambar seutuhnya. Perhatian seharusnya berfokus pada "pemerataan kesejahteraan yang makin luas."
Namun, setengah membela, Lyons mengatakan sah-sah saja jika Oxfam menunjuk perusahaan-perusahaan besar dipercaya mempengaruhi kesenjangan.
"Dalam hal ini, perusahaan memiliki model bisnis yang fokus pada peningkatan pendapat bagi para petinggi yang sudah tajir serta para top eksekutif yang tergolong kaya," jelas Lyons.
Ekonomi Lebih Manusiawi
Mewakili Oxfam, Kate Wright, mengatakan, kesenjangan ekonomi yang terjadi di dunia bisa berdampak negatif.
"Orang-orang marah dan mencari alternatif. Mereka merasa tertinggal karena bagaimanapun mereka sudah bekerja keras tetapi mereka tidak merasakan pertumbuhan bagi ekonomi negara mereka," katanya.
Lembaga amal itu menyerukan "ekonomi yang lebih manusiawi" dan mendesak pemerintah untuk menindak penggelapan pajak dan mengenakan pajak yang lebih tinggi pada orang kaya.
Mereka juga menginginkan para petinggi bisnis untuk membayar pajak yang adil dan mendesak perusahaan untuk membayar staf di atas upah rata-rata yang lebih tinggi dari ketentuan pemerintah.
Oxfam telah menghasilkan laporan serupa selama empat tahun terakhir.
Pada 2016 lembaga itu menghitung bahwa 62 orang terkaya dunia memiliki kekayaan sebanyak setengah populasi miskin global.
Jumlah tersebut lebih kecil selama delapan tahun ini karena data yang lebih akurat sekarang tersedia, demikian menurut Oxfam. Namun perhitungan itu sama saja, tetap saja kekayaan segelintir orang kaya berjumlah setengah populasi kemiskinan dunia.
Meski demikian, beberapa orang dari delapan miliarder terkaya telah mengamalkan kekayaan mereka senilah puluhan miliar dolar.
Pada tahun 2000 Bill Gates dan istrinya Melinda mendirikan yayasan swasta yang memiliki sumbangan lebih dari US$ 44 miliar.
Pada 2015 Mark Zuckerberg dan istrinya Priscilla Chan berjanji untuk memberikan 99 persen kekayaan bersih mereka dalam hidup mereka, yang disamakan dengan sekitar US$ 45 miliar berdasarkan nilai saham Facebook pada saat itu.
Laporan Oxfam ini didasarkan data dari Forbes dan agenda tahunan Credit Suisse tentang Indeks Kekayaan Global.
Survei kepada responden menggunakan nilai aset individu, terutama properti dan tanah, dikurangi utang, untuk menentukan apa yang respoden miliki. Data tersebut tidak termasuk upah atau penghasilan.
Metodologi ini telah dikritik karena itu berarti bahwa mahasiswa dengan utang yang tinggi, tetapi berpotensi mendapatkan penghasilan tinggi, misalnya, akan dianggap miskin di bawah kriteria yang digunakan.
Advertisement