Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 13,77 miliar pada Desember 2016 atau naik 15,57 persen dibanding periode tahun sebelumnya yang sebesar US$ 11,92 miliar. Pada Januari-Desember 2016, total ekspor US$ 144,4 miliar atau turun 3,95 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat US$ 150,4 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto saat Konferensi Pers Neraca Perdagangan Desember 2016 mengatakan, nilai ekspor minyak dan gas (migas) di Desember 2016 mengalami kenaikan 11,66 persen menjadi US$ 1,23 miliar dari bulan sebelumnya US$ 1,10 miliar dan ekspor non migas naik 1,13 persen dari US$ 12,40 miliar menjadi US$ 12,54 miliar.
"Nilai ekspor di Desember 2016 sebesar US$ 13,77 miliar. Nilai ekspor ini yang terbesar selama Januari 2015-Desember 2016, jadi tertinggi selama 24 bulan. Itu dipengaruhi ekspor non migas yang naik," jelasnya di Kantor BPS, Jakarta, Senin (16/1/2017).
Baca Juga
Advertisement
Secara keseluruhan, Suhariyanto mengungkapkan, total ekspor Indonesia sepanjang Januari-Desember 2016 senilai US$ 144,4 miliar atau turun 3,95 persen dibanding senilai US$ 150,4 miliar pada periode yang sama 2015. Ekspor non migas totalnya US$ 131,3 miliar atau turun 0,34 persen dari tahun sebelumnya US$ 131,8 miliar.
"Ekspor paling besar di Januari-Desember lalu adalah lemak dan minyak hewan nabati senilai US$ 18,23 miliar, serta bahan bakar mineral US$ 14,75 miliar," terangnya.
Adapun 10 golongan barang utama ekspor Indonesia selama 2016 dengan nilai ekspor US$ 76,85 miliar dan kontribusi US$ 58,51 persen terhadap total ekspor, antara lain :
1. Lemak dan minyak hewan nabati senilai US$ 18,23 miliar
2. Bahan bakar mineral US$ 14,75 miliar
3. Mesin atau peralatan listrik US$ 8,13 miliar
4. Perhiasan atau permata US$ 6,37 miliar
5. Kendaraan dan bagian-bagiannya US$ 5,87 miliar
6. Karet dan barang dari karet US$ 5,66 miliar
7. Mesin-mesin atau pesawat mekanik US$ 5,45 miliar
8. Alas kaki senilai US$ 4,64 miliar
9. Pakaian jadi bukan rajutan US$ 3,88 miliar
10. Kayu, barang dari kayu US$ 3,86 miliar.
Suhariyanto menambahkan, tujuan utama ekspor non migas Indonesia, yakni pertama Amerika Serikat (AS) senilai US 15,68 miliar di Januari-Desember 2016 atau pangsa pasarnya 11,94 persen. Kedua, China dengan pangsa pasar 11,49 persen senilai US$ 15,10 miliar dan ketiga, Jepang senilai US$ 13,21 miliar dengan pangsa pasar 10,06 persen.
"Sedangkan ke pasar ASEAN, ekspor Indonesia senilai US$ 28,74 miliar di 2016 atau 21,88 persen pangsa pasarnya, serta ke Uni Eropa 10,97 persen dengan nilai US$ 14,41 miliar," jelas dia.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, komoditas paling banyak diekspor Indonesia ke berbagai negara sepanjang tahun lalu adalah minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batu bara.
"Ekspor CPO pada tahun lalu sekitar US$ 21 miliar dan batu bara serta sejenisnya mencapai nilai ekspor US$ 15 miliar. Paling banyak di ekspor ke India, China walaupun volumenya turun. Juga dikirim ke berbagai negara Eropa," dia menambahkan.
Sasmito menuturkan, volume maupun nilai ekspor Indonesia di 2016 merupakan titik terendah. Dia optimistis, titik ini akan berbalik arah di 2017 dan tahun-tahun mendatang.
"Ada relaksasi kebijakan ekspor minerba juga berdampak ke kenaikan ekspor tembaga sehingga mampu mengurangi tekanan terhadap rendahnya ekspor kita selama ini. Dari US$ 13,77 miliar, lebih dari US$ 500 juta dari ekspor tembaga di Desember 2016," jelasnya. (Fik/Gdn)