Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat mengatakan ada tiga hal penting untuk memilih pemimpin Ibu Kota. Dengan mempertimbangkan tiga hal tersebut, dia yakin nantinya pelayanan publik Jakarta akan semakin maksimal dan tepat sasaran.
Menurut Djarot, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah niat dari sosok yang mencalonkan diri menjadi pemimpin.
Advertisement
"Kita bekerja prinsip dasarnya membangun komitmen yang bersih. Bukan hanya dari praktik korupsi, tapi juga hatinya. Bersih niatnya. Niat jadi pelayan masyarakat itu apa," tutur Djarot saat blusukan di kawasan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Senin (16/1/2017).
"Apa mau harta benda, istri banyak, rumah bertebaran ke mana-mana, atau apa untuk status, ini loh pejabat, dilayani. Pejabat itu melayani. Jadi niatannya itu apa," lanjut dia.
Kedua, pemimpin tersebut harus bersih dari korupsi. Djarot pun menyampaikan bahwa semasa kepemimpinan Ahok-Djarot, banyak terbukti bahwa program yang dibentuk selalu berseberangan dengan praktik rasuah.
"Saya sampaikan maka kenapa bersih hati itu penting. Ikhlas dalam melayani. Apa cukup? Enggak. Kita butuh transparan. Buka. Makanya pungli sekarang enggak ada karena bayarnya enggak ke orang tapi langsung ke bank," jelas Djarot.
"Makanya bantuan-bantuan itu tidak pernah tunai langsung masuk rekening. KJP langsung masuk rekening anaknya. PHL, PPSU, langsung masuk. Kalau enggak ntar disunat. Inilah APBD kita untuk apa di mana. Supaya tidak ada korupsi, tidak ada dusta di antara kita," tambah mantan Wali Kota Blitar itu.
Ketiga, Djarot menyatakan pemimpin harus profesional dan latar belakang yang terukur dalam memimpin dan menjadi pejabat publik.
"Butuh pengalaman yang panjang. Saya bersyukur dan merasa sangat terhormat karena dapat kesempatan melayani ibu bapak. Dapat menunjukkan kepada masyarakat Jakarta, kita dapat membangun Ibu Kota ini sejajar dengan ibu kota negara lain," pungkas Djarot.