Liputan6.com, Jakarta Upaya menerangi desa-desa di perbatasan Kalimantan dengan Malaysia, PT PLN (Persero) lebih memilih impor listrik ketimbang memproduksi sendiri. Hal tersebut karena harganya yang jauh lebih murah.
Ada empat wilayah diperbatasan Kalimantan - Malaysia yang menikmati listrik impor, yaitu Sambas, Bekayang, Entikong dan Kapuas, dengan kapasitas masing-masing wilayah sekitra 2 Mega Watt (MW). Impor listrik sudah dilakukan beberapa tahun lalu.
Direktur Bisnis Regional Kalimantan Djoko Abu Manan mengatakan, harga listrik dari Malaysia Rp 550 per kilo Watt hour (KWh). Sedangkan jika PLN memproduksi sendiri dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel harganya mencapai Rp 2.000 per kWh.
"Murah dia (Malaysia) Rp 550 per kWh. Indonesianya ya HSD (solar) Rp 2.000 per kwh," kata Djoko, di Jakarta, Selasa (17/1/2017).
Advertisement
Dia mengatakan, wilayah yang mendapatkan pasokan listrik impor merupakan daerah perbatasan. "Ini lebih murah, daripada beli minyak mahal kita beli listrik saja. Ada empat titik, masing-masing 2 MW. Itu yang desa," jelasnya.
Djoko mengungkapkan, meski mengimpor listrik PLN juga telah menyediakan pembangkit, guna mengantisipasi jika terjadi gangguan pasokan listrik dari Malaysia. Namun, biaya produksi pembangkit jenis PLTD tersebut sangat mahal.
"Kita juga ada jadi kalau di putus masih ada pasokan, sudah operasi cuma mahal untuk jaga-jaga saja," tutup Djoko.(Pew/Nrm)