Penerima Transplantasi Jantung Pertama di Asia Tenggara Meninggal

Penerima transplantasi jantung pertama di Asia Tenggara meninggal setelah bertahan hidup lebih dari 30 tahun sejak operasi di Sydney.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 17 Jan 2017, 13:00 WIB
Seah Chiang Nee, pasien penerima transplantasi jantung pertama di Asia Tenggara meninggal. (Foto: The Straits Times)

Liputan6.com, Singapura Walaupun masalah kesehatan mengganggu Seah Chiang Nee dalam beberapa tahun terakhir, wartawan veteran tersebut tetap mempertahankan keahlian dan melakukan segala urusan di bidang jurnalis yang digelutinya.

Seah yang berusia 76 tahun adalah pasien transplantasi jantung pertama di Asia Tenggara sekaligus pasien transplantasi jantung yang memiliki hidup lebih lama. Ia meninggal pada hari Minggu pagi (15/1/2017) di Singapore General Hospital, ditemani keluarganya di sisinya.

Di mata teman-teman lama dan rekannya, Seah yang memulai karier pada tahun 1960, tidak berhenti menulis hingga tahun 2014 tatkala kesehatannya memburuk.

Seah sudah masuk dan keluar dari rumah sakit sejak Juli tahun lalu karena penyakit herpes zoster (shingles atau cacar ular cacar api) dan diare yang berkepanjangan, kata istrinya Patricia Wong, 68 tahun.

Seperti dilansir dari The Straits Times, Selasa (17/1/2017), Seah didiagnosis myocarditis jantung (radang otot jantung) dan infeksi virus yang merusak hatinya pada tahun 1982 sehingga ia membutuhkan transplantasi jantung.


Jalani operasi

Kondisi langka ini hanya dialami 12 orang di Singapura selama setahun. Dokter mengatakan, Seah hanya punya waktu dua tahun untuk hidup. Tapi pada tahun 1985, ia bertemu almarhum Dr Victor Chang, seorang ahli bedah jantung terkemuka yang berada di Singapura sebagai tamu dari mantan perdana menteri Lee Kuan Yew.

Dokter bedah asal Sydney tersebut menyuruhnya untuk mencari pengobatan di Sydney, Australia. Warga Singapura, rekan-rekan sesama wartawan, keluarga, dan teman-teman membantu biaya operasi sebesar $ 120 ribu atau setara  Rp 1,6 miliar.

Seah bertahan hidup lebih dari 30 tahun. (Foto: Roslan Rahman/AFP)

Pada tanggal 12 Oktober 1985, Seah menerima jantung yang baru di  Sydney St Vincent Hospital dari seorang anak Australia berusia 17 tahun, yang meninggal dalam kecelakaan.

Peristiwa ini sangat jarang terjadi bagi orang-orang yang melalui operasi tersebut untuk bertahan hidup selama lebih dari 30 tahun.

Transplantasi jantung mampu memperpanjang usia Seah tapi obat yang ia minum secara bertahap merusak ginjalnya, ia kemudian menderita gagal ginjal.


Perjalanan karier

Mr Seah memulai karir jurnalistik pada tahun 1960 sebagai koresponden Reuters yang berbasis di Singapura. Ia menekuni pekerjaannya selama 10 tahun dan menghabiskan sebagian waktu di Vietnam untuk mengolah berita Perang Vietnam.

Ia bekerja di The Straits Times sebagai editor asing pada tahun 1974-1982. Kariernya menanjak menjadi pemimpin redaksi tabloid sore Singapore Monitor (kini sudah tidak terbit) pada 1982-1985.

Pada tahun 1986, ia mulai menulis untuk publikasi Malaysia di The Star dan menulis kolom pada media tersebut sampai tahun 2014.

Pada tahun 2000, ia memulai mengurus situs berita yang sampai saat ini berkibar www[dot]thelittlespeck[dot]com.

Sia Chong Yew, 73 tahun, mantan editor senior The Straits Times mengatakan, pikiran Seah tetap berjalan meskipun kesehatannya melemah selama beberapa tahun terakhir.

"Kami mengobrol banyak tentang urusan jurnalistik saat ini, baik lokal maupun internasional. Dan topik itu selalu menarik saat berbicara dengan dia dan mendengar dia berdebat. Meskipun sakit, ia terus melacak peristiwa apa yang terjadi saat ini dan cukup tanggap untuk menganalisis juga memikirkan berbagai masalah," ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya