Impor Elpiji Meningkat pada 2017

Pertamina menyatakan, Indonesia bukan satu-satunya negara yang tergantung impor elpiji dari Timur Tengah.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Jan 2017, 14:02 WIB
Petugas menata tabung gas elpiji ukuran 3 kg yang akan didistribusikan, Depok, Senin (22/6/2015). Pertamina menjamin pasokan gas elpiji aman hingga menjelang Lebaran 2015. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat impor bahan baku elpiji meningkat dari sekitar 5 juta ton pada 2017. Hal tersebut merupakan dampak kenaikan konsumsi elpiji di dalam negeri.

Vice Presiden Integragrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel S Purba mengatakan, 4,3 juta ton merupakan impor dari total konsumsi elpiji Indonesia pada 2016 sebesar 6,57 juta ton. Jumlah  tersebut 65 persen dari total konsumsi elpiji. Impor elpiji akan naik menjadi 70 persen atau sekitar 5 juta ton pada 2017.

"Impor LPG sekitar 65 persen pada 2016. Kalau 2017 sekitar 70 persen," kata Daniel, di dalam LPG Indonesia Forum 2017, di Jakarta, Selasa (17/1/2017).

Daniel menuturkan, Indonesia semakin tergantung elpiji impor, karena produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Pasokannya berasal dari Timur Tengah.

"‎Kita memang semakin tergantung dari impor untuk konsumsi elpiji di Indonesia. Sekarang ini hampir  90 persen lebih itu sumber elpiji yang ada di Asia Pasifik termasuk yang kita beli itu dari Timur Tengah," papar Daniel.

Daniel menuturkan, Indonesia bukan negara satu-satunya yang ketergantungan elpiji. Negara Asia Pasifik lain, yaitu China, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan juga bernasib serupa, pasokannya pun berasal dari Timur Tengah.

"Jadi negara-negara yang mengimpor elpiji tidak hanya Indonesia tapi juga China, Korea, Jepang Taiwan. Jadi mereka semua impor elpiji, dan 90 persen dari Timur Tengah," tutur Daniel.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya