Survei LSI: 58,4 Persen Responden Ingin Gubernur DKI Baru

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA kembali melakukan survei Pilkada DKI.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 17 Jan 2017, 20:15 WIB
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memberikan keterangan pers terkait survei Pilkada DKI Jakarta di Jakarta, Selasa (20/12). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA kembali melakukan survei Pilkada DKI. Salah satunya terkait respons warga DKI menyikapi status Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai terdakwa kasus dugaan penistaan agama.

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa mengatakan, saat responden ditanyakan terkait status Ahok, 85,80 persen mengaku mendengar hal tersebut. Kemudian 8,00 persen menjawab tidak mendengar dan 6,10 tidak mengetahui atau tidak menjawab.

Dari situ kemudian pertanyaan dilanjutkan dengan perihal kerelaan warga DKI, jika Ahok kembali terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Hasilnya, mayoritas warga menjawab tak mau, dengan alasan Ahok merupakan seorang terdakwa.

"Sebanyak 60,4 persen warga tidak rela gubernur terpilih adalah seorang terdakwa, 17,8 persen rela gubernur DKI seorang terdakwa, dan 21,8 persen tidak tahu," kata Ardian di kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (17/1/2017).

Menurut Ardian, responden yang menerima Ahok merupakan pendukung setianya. Hanya saja, bisa dibilang kelompok tersebut merupakan golongan minoritas.

"Hanya minoritas yang tidak mempersoalkan status terdakwa," dia menegaskan.

Gubernur Baru

Survei LSI Denny JA menyebut mayoritas warga DKI lebih menginginkan sosok gubernur baru. Hal itu berkaitan dengan tersematnya status terdakwa terhadap Ahok.

Ardian mengatakan, status terdakwa Ahok cukup mempengaruhi elektabilitas pasangan calon nomor urut dua itu. Berdasarkan survei terbaru pada Januari 2017, warga yang menginginkan gubernur baru mencapai 58,4 persen.

"Hanya 26,4 persen yang tetap ingin gubernur incumbent menjabat kembali. Mereka ini adalah pendukung die hard Ahok. Sisanya belum menentukan pilihan," tutur dia.

LSI Denny JA juga memprediksi, jika Pilkada DKI berlangsung dua putaran, pasangan Ahok-Djarot berpotensi kalah siapa pun lawannya nanti.

Jika Ahok-Djarot berhadapan dengan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, mereka hanya mendapat 33,9 persen dukungan suara. Sementara pasangan calon nomor urut satu itu akan memperoleh 48,1 persen dukungan dengan jumlah yang belum menentukan sebanyak 18,0 persen.

Kemudian jika Ahok-Djarot berhadapan dengan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, perolehan suara mereka hanya 29,7 persen. Anies-Sandi memperoleh suara sebesar 41,8 persen.

"Selisih kedua paslon tetap di atas 10 persen," Ardian menandaskan.


Anies-Sandi Kalah

Ada tiga alasan yang dipaparkan LSI Denny JA terkait berpotensinya pasangan Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno (Anies - Sandi) kalah pada putaran pertama Pilkada DKI 2017.

Ardian mengatakan, Anies - Sandi selalu menempati posisi terakhir dalam setiap survei. Alasan pertama karena blunder elektoral pasangan nomor urut tiga itu dalam segmen pemilih rasional.

Menengok ke belakang, survei pada Oktober hingga Desember 2016, segmen pemilih Anies - Sandi adalah warga berpendidikan tinggi dengan persentase 23,10 persen dan kelas ekonomi menengah ke atas 26,80 persen.

Namun terjadi penurunan pada survei Januari 2017, dengan rincian warga berpendidikan tinggi dengan persentase 20,32 persen dan kelas ekonomi menengah ke atas 22,91 persen.

Hal itu disebabkan adanya pertemuan Anies dengan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab beberapa waktu lalu. Pemilih dari segmen tersebut pergi, karena banyak yang tidak sejalan dengan tokoh aksi 212 itu.

"Habib Rizieq populer di menengah bawah, tapi kurang sejalan dengan menengah atas yang umumnya muslim moderat. Basis dukungan dari segmen pendapatan atas dan pendidikan atas berkurang terhadap Anies - Sandi," jelas Ardian.

Kedua, tidak ada program unggulan yang dikampanyekan pasangan Anies-Sandi secara masif kepada warga Jakarta. Berdasarkan survei, program unggulan mereka kurang terdengar oleh publik.

"Anies - Sandi banyak program bagus. Tapi kurang terdengar karena gagal dilempar dan kurang menarik perhatian publik," beber Ardian.

Kemudian alasan ketiga adalah, Anies - Sandi dinilai kalah dari segi daya tarik. Tidak hanya oleh salah satu pasangan calon, tapi oleh kedua rivalnya.

"Anies-Sandi kalah daya tarik dengan Agus dan Ahok. Segmen yang dia bidik tidak segmented. Beda dengan Agus yang programnya lebih disukai kelompok-kelompok menengah bawah. Kelompok menengah atas sudah dikuasai Ahok," Ardian menegaskan.

Survei tersebut dilakukan pada 5 hingga 11 Januari 2017, melibatkan 880 responden dengan cara tatap muka dan menggunakan kuisioner.

Adapun metode penelitian yang digunakan survei ini adalah

multistage random sampling

, dengan

margin of error

lebih kurang 3,4 persen. Survei LSI Denny JA tersebut dibiayai menggunakan dana internal.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya