Liputan6.com, Jakarta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Kota Surabaya optimistis, pertumbuhan ekonomi di Kota Pahlawan akan kembali naik di tahun 2017. Untuk tahun 2017 ini, Dinas PMPTSA Surabaya menargetkan realisasi investasi sebesar Rp 21,43 triliun. Target itu naik dari tahun 2016 sebesar Rp 20,99 triliun.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Eko Agus Supiadi menuturkan, optimisme itu dipicu karena situasi di Surabaya yang sangat mendukung untuk pertumbuhan investasi. Menurutnya, dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi di Surabaya selalu mengalami peningkatan. Salah satu faktor pendukung pertumbuhan eonomi adalah pertumbuhan realisasi investasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Advertisement
Faktor paling utama adalah ketersediaan infrastruktur yang memadai. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah membangun jalan-jalan baru seperti Frontage Road sisi Barat yang terbukti mampu mengurai kemacetan lalu lintas di kawasan Jalan Ahmad Yani. Faktor lainnya adalah kondisi keamanan kota Surabaya yang kondusif. Dua faktor itu menjadi syarat utama sebuah kota bisa jadi destinasi investasi.
“Faktor lainnya adalah kesiapaan fasilitas pelayanan perizinan di Surabaya yang sudah mengarah ke sistem online. Dan itu didukung kesiapan sumber daya manusia yang telah melalui proses sertifikasi," tutur Eko Agus Supiadi, Selasa (17/1/2017).
Untuk target realisasi investasi sebesar Rp 21,43 triliun di tahun 2017 ini, mencakup penanaman modal asing (PMA) sebesar US$ 10,45 juta (setara dengan Rp 135, 85 juta dengan asumsi kurs rupiah terhadap dolar 13 ribu), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 568,236 miliar dan investasi daerah sebesar Rp 20.722 triliun. “Kami optimistis naik terus. Kenaikan itu dari target, bukan dari realisasi nya,” kata Eko.
Eko mengatakan, merujuk pada kondisi realisasi investasi PMA dalam tiga tahun terakhir (dari 2014 sampai 2016), ada lima sektor yang menjadi penunjang terbesar investasi. Kelima sektor itu yakni perdagangan besar (kecuali mobil dan sepeda motor) sebesar 6 persen, perdagangan reparasi dan perawatan mobil sebesar 12 persen. Tiga sektor lainnya yakni industri pengolahan tembakau, perdagangan eceran, serta real estate yang masing-masing berkonstribusi sebesar 5 persen.
“Adapun negara asal perusahaan PMA terbesar dalam kontribusi investasi di Surabaya berasal dari Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, British Virgin Island,” ucap Eko.
Sementara untuk investasi PMDN dalam tiga tahun terakhir, lima sektor yang paling berkonstribusi dalam menunjang investasi yakni sektor pergudangan dan jasa penunjang angkutan sebesar 25 persen, perdagangan besar (kecuali mobil dan sepeda motor) sebesar 19 persen, industri makanan sebesar 18 persen, industri logam dasar barang logam, mesin dan elektronik sebesar 17 persen, serta industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 10 persen.
Menurut Eko, Pemkot Surabaya juga telah memiliki 12 unit pengembangan (UP). Satu UP meliputi tiga atau empat kecamatan. Setiap UP memiliki potensi unggulan. “Semisal kawasan barat dan timur untuk pergudangan. Lalu kawasan pusat untuk modal atau investasi,” ujar Eko.