Liputan6.com, Jakarta Babymoon atau jalan-jalan di saat wanita sedang hamil besar kian banyak dilakukan pasangan. Alasannya beragam, untuk mengatasi stres, sekadar melepas kebosanan hingga ingin memiliki waktu khusus bersama pasangan sebelum memiliki anak.
Lantas, apakah babymoon ini aman? Pakar kandungan, Dr. Manny Alvarez mengatakan, babymoon ini sering ditanyakan oleh pasiennya. Sebenarnya, kata dia, tidak ada masalah selama pasangan mempertimbangkan beberapa faktor ketika merencanakan liburan.
Advertisement
"Pertimbangkan berapa lama penerbangan? Apakah ada fasilitas kesehatan di daerah yang Anda kunjungi? Seberapa baik fasilitas medis yang dekat dengan tujuan Anda, terutama saat sedang darurat," kata Manny, seperti dilansir Foxnews, Rabu (18/1/2017).
Selain itu, Manny juga mengingatkan risiko kehamilan seperti gangguan pencernaan karena kontaminasi makanan dari bakteri, virus, atau parasit yang menjadi masalah besar di banyak tempat di seluruh dunia.
"Sebuah contoh adalah keracunan salmonella akibat sayuran mentah yang dicucinya kurang bersih. Buah juga perlu dicuci di bawah air keran serta pastikan mengonsumsi daging yang matang. Karena itu, penting untuk memesan makanan yang dimasak dengan benar," ujarnya.
Bagi banyak orang, keracunan makanan hanya menyebabkan diare dan kram perut, dan biasanya seseorang akan sembuh setelah tiga sampai empat hari. Tapi bagi wanita hamil, diare berat, kram perut dan dehidrasi dapat menjadi masalah besar.
"Dehidrasi parah dan usus yang terganggu dapat menyebabkan rahim kontraksi--yang mengarah ke pembukaan dini leher rahim dan bahkan kelahiran sangat prematur," katanya.
Waspadai juga tempat-tempat yang bisa menularkan penyakit melalui nyamuk seperti danau, hutan atau sungai. Selalu gunakan obat nyamuk.
Meski begitu, Manny berharap, ibu hamil tidak paranoid. Yang penting proaktif dalam melindungi diri sendiri.
"Silakan babymoon, tetapi pastikan melindungi diri sendiri. Bagaimana pun, liburan bisa menurunkan tingkat stres terutama sebelum melahirkan," pungkas Manny.