Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Barack Obama tak menunjukkan kepanikan atau penolakan menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai penggantinya.
Yang ada, Obama justru membuat frustasi para pendukungnya lantaran meminta mereka memberikan kesempatan kepada Trump untuk memimpin.
Advertisement
Namun sikap tak kenal kompromi ditunjukkan Obama selama konferensi pers terakhirnya sebagai presiden pada Rabu sore waktu Washington.
Ia mengirimkan pesan kepada kaum Demokrat dan progresif, mendesak mereka untuk membedakan antara kebijakan yang didasari oleh gangguan mental dengan kebijakan yang berlandaskan pasang surut keadaan dalam sejumlah isu -- seperti haruskah pajak dinaikkan atau diturunkan, perubahan iklim, juga soal konflik.
"Ada perbedaan antara fungsi normal politik dan isu-isu tertentu atau momen-momen tertentu di mana saya rasa nilai-nilai inti kita mungkin dipertaruhkan. Saya masuk pada kategori (yang mengkhawatirkan) itu, jika saya melihat diskriminasi sistematis dalam berbagai wujud...," kata Obama seperti dikutip dari Vox.com, Kamis, (19/1/2017).
Presiden Obama menegaskan, ia menentang hambatan setiap orang untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara atau memperbesar bisnis mereka. Penolakan juga ditunjukkannya terhadap pembungkaman perbedaan pendapat dan kebebasan pers.
Presiden ke-44 AS itu juga menyinggung soal rencana deportasi para imigran yang selama ini coba dilindunginya melalui kebijakan imigrasi Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA).
Bagi Obama ini jelas bukan retorika akademik. Ia memberikan pesan jelas, jika Trump mengganggu warisan kebijakan pemerintahannya, maka ia akan kembali ke arena, melakukan pembelaan.
Meski demikian Obama tak menjelaskan secara spesifik yang dimaksudnya dengan "kembali ke arena" untuk mempertahankan warisan pemerintahannya.
Dalam kesempatan yang sama, ia katakan ingin rehat sejenak pasca-pelantikan penggantinya.
"Saya ingin tenang sejenak dan tidak mau bicara terlalu banyak," ungkapnya.
Sebagian besar menilai, langkah Obama untuk menepi dari hingar bingar pemberitaan tak lepas dari "kebiasaan" yang terjaga selama ini bahwa mantan presiden tidak mengkritik penerusnya. Hal tersebut ditunjukkan oleh senior Obama, George W. Bush pada tahun 2009 lalu.
"Dia layak mendapat sikap diam saya," ujar Bush kala itu.
Obama: Kami Akan Baik-Baik Saja
Suami dari Michelle itu mengungkapkan, ia yakin telah "meninggalkan" Amerika yang lebih toleran dibanding sebelumnya.
Lebih lanjut, Obama menjelaskan ia telah memberikan sejumlah saran dan nasihat kepada penerusnya mengenai sejumlah isu, baik domestik mau pun internasional. Namun ia tidak berharap, Trump mau mengambil seluruh pendapatnya.
Kepada Trump, Obama memperingatkan, menjabat sebagai presiden adalah tanggung jawab yang sangat besar. Ia pun menyarankan Trump untuk memupuk dukungan dari orang-orang di sekelilingnya.
"Jika Anda mendapati diri Anda terisolasi karena proses yang buruk, jika Anda hanya mendengar pendapat dari orang-orang yang selalu setuju dengan Anda, atau jika Anda memutuskan sebelum mengecek dan mengajukan pertanyaan sulit tentang kebijakan yang Anda buat, saat itulah Anda membuat kesalahan," tutur ayah dari Malia dan Sasha Obama itu.
Obama menolak mengomentari sejumlah pihak termasuk kalangan politisi Partai Demokrat yang memboikot pelantikan Trump.
Kendati, ia dan Trump berbeda sikap soal Rusia, namun Obama berharap, penerusnya itu mampu merajut kembali pembicaraan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin yang dimulainya pada eranya. Dengan catatan, dilakukan secara serius.
Obama juga ingin agar Trump melanjutkan peran vital AS dalam melestarikan nilai-nilai dasar di seluruh dunia.
"Jika kita--negara terbesar, terkuat dan negara demokrasi di dunia tidak bersedia berdiri di atas nilai-nilai dasar tersebut, maka dipastikan China, Rusia, dan yang lainnya juga tidak," tuturnya seperti dikutip dari News.com.au.
Tak lupa, ia menyinggung kedua putrinya, Malia (18) dan Sasha (15). Obama mengaku, ia dan sang istri mengajak buah hatinya berdiskusi soal hasil pilpres.
"Menurut saya, sangat menarik melihat reaksi mereka. Keduanya kecewa. Itu karena mereka mendengar apa yang disampaikan ibu mereka selama kampanye dan mereka percaya itu konsisten dengan yang berusaha kami kejar dalam kehidupan keluarga kami," kata Obama.
Sosok yang mencuri perhatian dunia selama 8 tahun terakhir itu mengungkapkan, kedua putrinya diajarkan untuk bertahan dan berharap.
"Harapan adalah satu-satunya yang akan terus ada hingga akhir dunia," tambahnya.
Menurutnya, yang paling membanggakan dari kedua putrinya adalah mereka tidak sinis dengan hasil pilpres.
"Mereka mengapresiasi fakta bahwa ini adalah sebuah negara yang besar, rumit, dengan demokrasi yang berantakan," jelasnya.
Di akhir konferensi persnya, Presiden Obama membagi satu keyakinan di dalam dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Pada intinya, menurut saya, kami akan baik-baik saja. Kami hanya harus berjuang, bekerja keras, dan saya rasa kalian akan membantu kami melakukannya," pungkasnya.
Advertisement