Liputan6.com, Jakarta - Dua belas juta halaman dokumen Central Intelligence Agency (CIA) kini tak lagi berstatus rahasia. Bebas diakses publik. Termasuk di dalamnya sejumlah informasi lawas tentang Indonesia.
Klik tautan https://www.cia.gov/library/readingroom/ untuk mengaksesnya. Lalu, ketik kata 'Indonesia' di dalam fasilitas pencarian. Ada 13.121 item informasi tentang negara kita yang tersedia.
Advertisement
Sejumlah informasi yang ada di dalam dokumen-dokumen CIA berupa tanggapan, laporan, hasil kegiatan intelijen, juga isi artikel media.
Namun, harus diingat, informasi-informasi itu masih harus dikonfirmasi kebenarannya.
Salah satu informasi yang tersedia berjudul, 'CIA Role in Indonesia?', yang ternyata adalah artikel Reuters bertanggal 25 Februari 1965.
Artikel tersebut mengabarkan bahwa Duta Besar Amerika Serikat kala itu, Howard P. Jones membantah bahwa pihak AS mendukung gerakan yang memusuhi Indonesia.
Memo lain berisi artikel opini di media Daily News yang berjudul 'Nasution Rates as Sukarno Heir'. Bahwa Jenderal Nasution mungkin akan jadi pewaris kekuasaan Sukarno.
Memo lain yang berjudul, 'Assasination Attempt-President Sukarno' menceritakan tentang upaya pembunuhan Bung Karno di tengah peringatan Idul Adha di Istana Merdeka pada 14 Mei 1962.
Masih soal upaya pembunuhan Sang Proklamator, sebuah memo yang didapatkan CIA berisi kliping pemberitaan Reuters pada 6 September 1965.
Dalam artikel berjudul 'CIA After Him, Sukarno Says', sang presiden menuding CIA memiliki plot untuk menghancurkannya.
"Di sejumlah tempat saat ini, ada beberapa sniper untuk membunuh Sukarno," kata Bung Karno seperti dikutip dalam artikel tersebut.
Juga ada kliping berita berjudul 'Court Told Sukarno Not in '65 Coup' yang menceritakan bantahan Marsekal Omar Dani soal spekulasi bahwa Presiden Sukarno ikut andil dalam kudeta 1 Oktober 1965.
Seperti halnya Menteri Luar Negeri Subandrio yang diancam hukuman mati atas kasus pengkhianatan, Dani menolak melibatkan Sukarno.
"Aku bukan anak kecil yang menghindar dari tanggung jawab dengan melempar kesalahan pada orang lain," kata Dani dalam artikel yang diterbitkan pada 7 Desember 1966 itu.
Sejumlah memo CIA juga membahas tentang Presiden ke-2 RI, Soeharto. Salah satunya yang bertanggal 15 Februari 1985.
Hasil pengamatan intelijen yang diberi judul, Indonesia's Soeharto: Losing the Magic menyebut, sejak September 1984, sejumlah peristiwa pemboman dan pembakaran yang terjadi -- misalnya kerusuhan Tanjung Priok 12 September 1984, pemboman bank dan toko milik WNI keturunan Tionghoa di Jakarta pada 4 Oktober 1984, dan kebakaran Sarinah pada 22 Oktober 1984 -- dianggap menurunkan legitimasi Pak Harto.
Kejadian-kejadian itu memicu pertanyaan di kalangan mereka yang percaya mistis, apakah sang penguasa Orde Baru akan kehilangan 'mandat kekuasaan dari langit'.
Sementara dalam memo yang berjudul, Indonesia: Tightening the Screws - Soeharto's Growing Authoritarianism bertanggal 1 Juli 1984, disebutkan bahwa Soeharto memulai periode lima tahunan keempat dengan melakukan dua hal.
Pertama, mempromosikan generasi muda untuk menduduki kepemimpinan militer, menggantikan mereka yang ikut bertempur dalam perjuangan 1945.
Yang kedua, Soeharto mengubah partai pemerintah, Golkar menjadi lebih efektif.
CIA Sisir Jampang Kulon
Laporan intelijen bertanggal 1 Desember 1965 menyebut tentang dugaan situs peluncuran rudal di Jampang Kulon.
Dalam laporan berjudul, 'Search for Missile Site, Djampang-Kulon, Indonesia' menyajikan hasil pencarian di wilayah radius 25 mil laut di lokasi tersebut --terhadap fasilitas peluncuran yang diduga digunakan untuk kepentingan militer dan eksperimental.
Namun, tak ditemukan keberadaan fasilitas peluncuran yang dicari.
Sengketa perbatasan laut Malaysia dan Indonesia juga jadi perhatian badan intelijen AS.
Kabel diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat bertanggal 1 Mei 1969 memuat laporan berjudul 'Indonesia-Malaysia Offshore Border Problem'.
Disebutkan, sumber Pertamina yang tak disebut namanya mengungkapkan, survei Conoco menguak ada struktur geologi 'raksasa' yang 'diduga kuat' adalah cadangan minyak di area yang kemungkinan menjadi lokasi yang disengketakan Indonesia dan Malaysia.
Lokasinya antara Kepulauan Natuna dan Sarawak. "Shell punya konsesi di sisi Sarawak namun diduga tak menyadari keberadaan tambang menguntungkan itu," demikian sebagian isi kabel diplomatik itu.
Sumber mengatakan, pejabat Pertamina khawatir temuan tersebut akan mempengaruhi dialog soal perbatasan itu.
Advertisement