Liputan6.com, Jakarta Seorang bayi usia lima bulan positif terdampak narkoba. Hasil pemeriksaan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), bayi itu positif narkoba jenis sabu.
Kepala BNNP Kalteng Kombes Sumirat Dwiyanto mengatakan, kasus ini menjadikan bayi tersebut sebagai yang paling muda di seluruh Indonesia terkena narkoba.
Advertisement
"Anak ini terdampak narkotika yang dikonsumsi ibunya, banyak kasus anak-anak terdampak narkotika dari orang tuanya, namun ini yang paling muda," ujar Sumirat kepada Liputan6.com, Kamis 19 Januari 2017.
Bayi lima bulan itu terdampak narkoba dari ibu kandungnya yang rutin mengonsumsi narkoba sejak bayi itu dilahirkan. Terlebih, bayi malang itu masih mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) ibunya yang berinisial RI (22).
RI merupakan pecandu akut. Menurut Sumirat, dalam keterangannya kepada petugas, RI mengaku mengonsumsi sabu di tempat yang tak jauh dari anaknya.
"Nggak sampai setengah meter, dia nyabu dekat anaknya. Pasangan ini nyabu bersama, suaminya, dia, dan anaknya ditaruh dekat mereka mengonsumsi sabu," jelas Sumirat.
Kasus ini merupakan temuan mengejutkan. Pasalnya, polisi sudah lama mengintai dua pengedar sabu bernama Tan Tsi Chuan alias Babeh (62) dan M Denny Hidayat (33) alias Deny, yang merupakan ayah kandung bayi lima bulan itu.
Keduanya digerebek di kios tempat usaha Deny di Jalan Tjilik Riwut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
"Saat dua orang ini ditangkap, ternyata ada istri Deny dan anaknya yang 5 bulan di lokasi," lanjut Sumirat.
Petugas langsung memeriksa istri dan anak Deny. Bayi perempuan lima bulan itu dinyatakan positif narkoba, begitu juga dengan ibunya.
"Setelah kita lakukan pemeriksaan ternyata istri Deny dan anak perempuannya itu positif," kata Sumirat.
Sehari-hari, Deny bukan cuma pengedar sabu. Ia juga pecandu akut. Deny bahkan mencekoki istrinya yang berusia 22 tahun dengan sabu. Saat nyabu bareng istrinya, Deny membawa serta bayi perempuan mereka yang masih belum bisa telungkup itu.
"Ibunya makai sabu dekat anaknya, belum lagi dengan zat yang masuk dalam tubuh ibunya ini jadi ASI. Lewat ASI itulah ditularkan pada anaknya yang disusukan," jelas Sumirat.
Dosis sabu yang mengalir lewat ASI itu, kata Sumirat, sangat berbahaya bagi kesehatan dan tumbuh kembang bayi. Pasalnya, anak-anak yang tertular melalui ASI lebih cepat dan lebih berbahaya dibanding dengan orang dewasa yang menghisap sabu secara langsung. Efeknya berdampak besar bagi si bayi.
Saat diperiksa, bayi perempuan lima bulan itu sangat rewel. Suhu tubuhnya pun sangat tinggi, sehingga BNN Kalteng memberikan pendampingan dokter untuk bayi tersebut.
Adapun ayah si bayi dan Tan Tsi Chuan alias Babeh sudah dijebloskan ke dalam jeruji besi. Sementara, bayi malang itu bersama ibunya dipulangkan dengan didampingi dokter dan seorang pendamping untuk menjalani rehabilitasi.
"Anaknya belum bisa dipisahkan dengan ibunya, kami pulangkan ke rumahnya dan kami tugaskan dokter dan pendamping," lanjut Sumirat.
"Kita observasi secara intensif," lanjut Sumirat.