Liputan6.com, Jakarta - Poltracking Indonesia kembali merilis survei terkait Pilkada DKI 2017. Hasilnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 9-13 Januari 2017 lalu, lembaga itu menemukan bahwa pemilih pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat, masuk dalam kategori pemilih rasional.
Juru Bicara Tim Pemenangan Ahok-Djarot Maruarar Sirait menilai survei tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pemilih Jakarta diyakininya sebagai pemilih yang cerdas. Mereka merupakan pemilih rasional yang menjadikan kinerja dan kemampuan sebagai acuan dalam menentukan pilihan di Pilkada DKI 2017 nanti.
"Saya yakin masyarakat Jakarta adalah masyarakat yang cerdas. Maka di Jakarta ada politik warga," tutur Maruarar saat menjadi narasumber rilis hasil survei Poltracking Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 19 Januari 2017.
Soal politik warga, Maruarar menjelaskan hal itu terlihat dari partisipasi publik untuk aktif dalam proses pilkada. Banyak orang membeli baju sendiri, misalnya kemeja kotak-kotak, atau menggelar berbagai event seperti gala dinner, untuk menarik dukungan jagoannya.
Advertisement
"Saya senang karena hingga saat ini pemilih Ahok-Djarot adalah pemilih yang rasional. Bukan pemilih psikologis atau pemilih sosiologis," ujar Maruarar.
Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda, memang sempat menyampaikan dari survei yang dilakukan lembaganya, pemilih Ahok-Djarot memang didominasi pemilih rasional.
Sementara untuk pemilih pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, lebih cenderung disebabkan faktor psikologis.
"Alasan emosional seperti memilih karena ganteng, banyak berada di pasangan tersebut," ujar Hanta.
Pemilih Anies Baswedan-Sandiaga Uno sendiri lebih dikategorikan sebagai pemilih sosiologis. Di antaranya cenderung berorientasi kepada budaya, agama, ataupun sosial. Adapun untuk periode November hingga Januari, Poltracking Indonesia menemukan bahwa semua calon mengalami tren kenaikan elektabilitas.
Pasangan Agus-Sylvi mengalami kenaikan elektabilitas dan mengungguli Ahok-Djarot juga Anies-Sandi. Namun, tren naik pasangan nomor urut satu itu dinilai lambat, yakni dari 27,92 persen hanya ke 30,25 persen.
Sementara kenaikan Ahok-Djarot tampak signifikan dari 22 persen ke 28,88 persen. Sama halnya dengan Anis-Sandi dari 20,42 persen menjadi 28,63 persen.
"Melihat tren yang ada, belum bisa disimpulkan siapa pemenang Pilkada DKI Jakarta mendatang," ucap Hanta.
Rilis survei tersebut juga dihadiri oleh tim pemenangan Agus-Sylvi, Roy Suryo dan tim pemenangan Anies-Sandi, A Riza Patria.
Survei itu dilaksanakan pada 9-13 Januari 2017 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Kemudian, jumlah responden sebanyak 800 orang dengan margin of error kurang lebih 3,46 persen. Untuk tingkat kepercayaan berada di angka 95 persen.