Liputan6.com, Brasil Ada sebuah inovasi terbaru dan pertama kali dalam dunia medis untuk pengobatan luka bakar. Dokter di Brasil menggunakan terapi baru berupa kulit ikan Tilapia (istilah ikan air tawar, dalam hal ini ikan nila) untuk mengurangi trauma pada korban luka bakar yang parah.
Baca Juga
Advertisement
Studi klinis yang dikembangkan selama lebih dari dua tahun ini melibatkan 50 orang pasien. Para peneliti berusaha mencari cara untuk mengobati rasa sakit dan trauma luka bakar secara tradisional.
Untuk pengobatan ini, kulit ikan harus didekontaminasi, didinginkan, dan diawetkan untuk menghilangkan sisik, racun, dan sumber infeksi. Kulit ikan yang sudah bersih dari sisik lantas ditempatkan pada bagian tubuh yang terkena luka bakar.
Kulit tersebut akan membentuk semacam cetakan pada daerah yang terkena luka bakar. Selanjutnya, dibiarkan dalam beberapa waktu sekitar tujuh hari sampai dua puluh hari tergantung pada tingkat keparahan luka bakar.
Untuk menghilangkan cetakan kulit ikan nila pada bagian tubuh yang terkena luka bakar, dokter menggunakan petroleum jelly (pelembab kulit). Namun, penggunaan petroleum jelly hanya saat luka bakar telah sembuh.
Lantas apa yang melatarbelakangi penggunaan kulit ikan nila ini?
Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang paling umum dikenal. Ikan tersebut termasuk ikan yang tahan dari berbagai penyakit di Amerika Selatan.
Melansir laman Health Central, Jumat (20/1/2017), kulit ikan nila yang disumbangkan untuk proyek penelitian ini mengandung kadar ideal kolagen (protein yang menyusun tubuh manusia) dan kelembaban untuk mendukung penyembuhan serta memberikan protein bagi tubuh manusia.
Menurut para peneliti, pengobatan ini tidak hanya mengurangi rasa sakit pasien, melainkan pasien tidak harus bolak-balik ganti balutan yang menutupi luka bakar.
Keunggulan lainnya, kulit ikan nila untuk luka bakar dinilai ampuh mengurangi risiko infeksi.