Liputan6.com, Amerika Serikat Deteksi dini gejala penyakit seperti tuberkulosis (TB) dan kanker memang sulit dilakukan. Pasien lebih cenderung mengetahui gejala tatkala penyakit tersebut cukup parah dan segera membutuhkan penanganan. Namun, ada cara yang paling efektif berupa analisis terhadap sel DNA pada penyakit tersebut menggunakan perangkat yang dapat disambungkan ke smartphone.
Baca Juga
Advertisement
Rangkaian genetik DNA dapat mengungkapkan, apakah infeksi tuberkulosis termasuk resisten (kondisi yang dapat melawan atau bertahan) terhadap antibiotik tertentu. Atau apakah tumor kanker yang diidap pasien berpeluang bermutasi sehingga obat yang dikonsumsi pasien tidak bekerja efektif.
Untuk mengungkap rangkaian genetik ini, dokter harus mengirimkan sampel pasien ke laboratorium independen untuk melakukan pengujian, yang memakan waktu. Proses tersebut pun mahal, menurut Popular Science, Jumat (20/1/2017).
Namun kini, para dokter tidak harus menjalani pemeriksaan sampel genetik yang rumit dan memakan waktu lama. Sebuah perangkat canggih baru saja diciptakan, yang mampu mengubah smartphone Anda menjadi mikroskop yang mampu mendeteksi mutasi pada sel DNA.
Perangkat yang mirip casing smartphone ini berupa layar 3D yang dilengkapi dua laser, LED putih, lensa, dan filter sehingga mengubah kamera smartphone menjadi sebuah mikroskop molekul.
Cara deteksi
Cara deteksi
Untuk menggunakan perangkat ini, pertama-tama para peneliti mengambil sampel sel pasien. Mencampur sampel sel tadi dengan zat kimia, para peneliti bisa menggabungkan molekul flourescent (bersinar) dengan mutasi gen yang spesifik.
Kamera smartphone yang sudah berubah menjadi mikroskop kemudian akan memeriksa sampel sel tadi. Jika dapat mendeteksi secara jelas dan layar menampilkan titik-titik cahaya (glowing tags) berarti terdapat sel DNA bermutasi.
Hasil penelitian yang diterbitkan di Nature Communication memaparkan, cara ini efektif lebih cepat untuk menangani penyakit dan menyesuaikan pengobatan yang lebih baik.
Pengembang perangkat ini, satu tim peneliti yang berasal dari UCLA, Stockholm University dan Uppsala University, mengatakan versi produksi masal dari gadget ini bisa dijual dipasaran seharga $500 (sekitar 6,5 juta rupiah). Sedangkan mikroskop canggih dengan teknologi yang sama harga jualnya bisa mencapai $50.000 (sekitar 650 juta rupiah).
Di daerah terpencil dan negara-negara miskin, laboratorium mungkin tidak dapat memberikan akses yang layak dalam pemeriksaan DNA atau terkendala biaya yang sangat besar.
Melalui perangkat ini, dokter dapat menganalisis genom (molekul) penyakit itu sendiri. Persiapan sampel termasuk proses yang relatif sederhana sehingga tidak memerlukan teknologi tinggi peralatan laboratorium.
Advertisement