Liputan6.com, Jakarta - Pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump masih memberikan secercah harapan bagi para pengusaha Indonesia. Sejumlah pihak meyakini, kebijakan protektif di sektor perdagangan tidak akan dijalankan sepenuhnya Trump.
"Kampanye itu dulu dan memang harus janji. Tapi janji tinggal janji banyak, karena perilaku dia (Trump) tetap pebisnis. Kayak janji mau bikin tembok di Meksiko, harus hitung-hitung dulu, kalau tidak deal, tidak jadi itu tembok," kata Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Benny Pasaribu saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Jumat (20/1/2017).
Terpisah, Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Eko Listiyanto mengatakan Kepala Negara di seluruh dunia, pengamat ekonomi sampai pengusaha akan menunggu realisasi kinerja 100 hari pemerintahan Trump.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka akan benar-benar melihat bagaimana kinerja Donald Trump. Kalau tidak bisa menjalankan janjinya dan berbeda dari Obama, paling ujung-ujungnya pakai kebijakan lama (pemerintahan sebelumnya)," tegasnya.
Eko menilai, kebijakan protektif dari Trump hanya akan merugikan AS. Lanjutnya, AS tak akan mampu memulihkan pertumbuhan ekonomi seorang diri karena 40 persen produksi di dunia diserap Negeri Paman Sam itu.
"Kalau dia coba proteksi industri nasional dengan menaikkan tarif pajak impor tinggi, produksi di AS dipacu, yang ada adalah produk yang mahal karena biaya produksi di sana sudah tinggi dengan tenaga kerja dan harga bahan baku yang mahal. Akibatnya terjadi kelangkaan, sehingga perlu ada negosiasi dagang dengan negara lain," jelasnya.
Apabila Donald Trump gagal menerapkan kebijakan dagang yang protektif, tutur Eko, kesempatan besar bagi industri tekstil, ban, dan lainnya di Indonesia untuk terus mengekspor produknya ke AS. "Tapi kalau proteksi diberlakukan, risikonya kita harus cari pasar baru selain AS, seperti Afrika dan Timur Tengah," kata dia.
Menurutnya, latar belakang Trump sebagai pengusaha dan seorang entertainer dapat membuka peluang Indonesia supaya menarik investasi AS di bidang pariwisata maupun industri kreatif.
"Dia kan senang dengan entertainment, perfilman, pariwisata, industri kreatif. Ini bisa menjadi modal kalau mau menggaet investasi dari AS. Optimisme ini sangat besar," tukas Eko. (Fik/Gdn)