Kawasan Mewah Kelapa Gading Masih Terendam

Kawasan perumahan mewah Kelapa Gading, Jakut, masih dilanda banjir sejak dua hari silam. Banjir juga masih melanda kawasan Bukit Duri, Tebet, Jaksel.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Feb 2002, 05:08 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Bencana alam tak pernah memilih kelas sosial masyarakat. Buktinya, kawasan masyarakat kelas atas Kelapa Gading, Jakarta Utara, pun dilanda banjir. Bahkan, ketinggian air yang terjadi sejak dua hari silam itu kini mencapai setengah meter menyusul hujan deras yang terjadi sejak Kamis kemarin.

Berdasarkan pemantauan SCTV, Jumat (1/2), banjir hampir merata di seluruh kawasan ini. Akses menuju perumahan-perumahan di Kelapa Gading, seperti Jalan Pulo Saraya juga terendam air setinggi setengah meter. Sedangkan warga yang rumahnya terendam banjir sebagian besar tetap berada di rumah. Namun, ada yang mengungsi ke rumah kerabat atau tinggal sementara di sejumlah hotel di Ibu Kota.

Menurut sejumlah warga, banjir seperti ini baru pertama kali terjadi di kawasan mewah tersebut. Bahkan, saat banjir besar 1996 silam, air tak sampai masuk ke rumah-rumah, hanya merendam jalan-jalan di depan rumah dengan ketinggian air 10 sentimeter. Itulah sebabnya, warga menduga, banjir terjadi lantaran Pintu Air Sunter, Jakarta Utara, tak dibuka. Padahal, debit air sungai tersebut terus naik.

Di kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, banjir juga masih terjadi akibat sejumlah tanggul di bantaran Kali Ciliwung jebol. Akibatnya, sejumlah aktivitas masyarakat sekitar masih terganggu. Buktinya, aktivitas di Depo Kereta Api Listrik Bukit Duri tak berfungsi, sehingga sejumlah KRL jurusan Bogor-Jakarta harus diparkir di Stasiun Manggarai, Jaksel.

Banjir juga kembali melanda kawasan perumahan Arum, Tangerang, Banten. Sebelumnya, banjir kawasan ini sempat menurun. Namun, kini, air kembali menggenangi kawasan tersebut. Untuk mengantisipasi kondisi itu, kepolisian setempat telah mengerahkan sejumlah personel untuk membantu para warga.

Sejumlah warga berharap bantuan yang akan disalurkan bukan berupa bahan makanan mentah. Soalnya, saat ini, persiadaan air bersih di kawasan tersebut telah menipis. Itulah sebabnya, mereka berharap bantuan yang akan disalurkan berupa makanan jadi. Selain itu, mereka juga mengeluhkan bantuan obat-obatan yang tak kunjung tiba. Padahal, di kawasan ini telah terdapat sebanyak 500 orang yang melaporkan terkena penyakit kulit.(ORS/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya