Liputan6.com, Washington, DC - Di hari pertama pasca-pelantikannya, Presiden Donald Trump berkunjung ke markas CIA di McLean Virginia. Sebagai upaya untuk meraih dukungan, pidato Trump di hadapan komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) dinilai bertele-tele dan tidak mudah dipahami.
Terdapat tiga poin dalam pidatonya, yakni mengisyaratkan akan menggunakan metode pemeriksaan yang melanggar hukum terhadap tersangka terorisme, menuduh media tidak jujur dalam melaporkan acara pelantikannya, dan penegasan dukungannya "1000 persen" kepada CIA. Demikian seperti dilansir Independent, Minggu, (22/1/2017).
Advertisement
"Ini adalah kunjungan resmi pertama saya. Tidak ada seorang pun yang merasakan kuatnya komunitas intelijen dan CIA selain Donald Trump. Saya sangat mendukung Anda semua dan saya tahu mungkin terkadang Anda tidak mendapat bentuk dukungan seperti yang diinginkan," ujar Trump seperti dilansir CNN.
"Saya mencintai Anda semua, saya menghormati Anda semua. Saya 1000 persen mendukung badan intelijen," tambahnya.
Kedatangan Trump ke markas CIA tersebut terjadi di tengah penyelidikan badan intelijen tersebut atas dugaan keterlibatan Rusia dalam pilpres AS yang memenangkan dirinya. Selama ini, Trump kerap menunjukkan sikap berseberangan dengan CIA.
Tak lama, presiden ke-45 AS itu menuding media tidak jujur ketika melaporkan jumlah total warga yang menyaksikan pelantikannya pada Jumat waktu setempat.
Perkiraan resmi menyebutkan, warga yang datang ke pelantikan Trump hanya mencapai 200.000 hingga 250.000 orang. Sementara itu, sang presiden meyakini terdapat 1,5 juta orang yang berkumpul tepat di hari pengambilan sumpahnya.
"Saya memerangi media, mereka adalah salah satu manusia paling tidak jujur di muka Bumi. Mereka seolah membuat saya berseteru dengan komunitas intelijen. Namun kunjungan ini membuktikan hal sebaliknya," tegas ayah dari lima anak itu.
Trump menuding bahwa tayangan dan foto pelantikannya telah menampilkan gambar yang tidak akurat. Suami dari Melania itu mengklaim pula bahwa kerumunan massa terjadi di sepanjang jalan menuju Washington Monument, namun melalui foto udara hal ini tidak terbukti.
Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer dikabarkan memarahi wartawan karena telah mempublikasikan sejumlah foto yang menunjukkan sepinya upacara pelantikan Trump.
"Penonton pelantikan kali ini adalah yang terbesar. Baik di AS mau pun di seluruh dunia. Upaya-upaya untuk mengurangi antusiasme pelantikan salah dan sangat memalukan," tegas Spicer dengan berapi-api.
Meski demikian, sejumlah bukti yang dimiliki beberapa pihak membantah omongan Spicer dan Trump. Pihak Metro (kereta bawah tanah) Washington mengatakan, terjadi penurunan penumpang di hari pelantikan, sementara itu perusahaan pemasaran Nielsen mengatakan jumlah penonton yang menyaksikan inaugurasi Trump lebih rendah dibandingkan saat era Obama dan Ronald Reagan.
"Ada banyak pendapat di media yang mendesak akuntabilitas Donald Trump dan saya di sini untuk mengatakan kepada kalian: kami juga menuntut akuntabilitas pers," ungkap Spicer yang tidak membuka sesi tanya jawab dalam konferensi pers tersebut.
John Brennan, mantan kepala CIA mencela pidato Trump di markas CIA yang disebutnya memuji diri sendiri.
"Mantan direktur CIA, John Brennan sangat sedih sekaligus marah atas sikap Donald Trump yang memuji diri sendiri di Memorial Wall. Brennan mengatakan, Trump seharusnya malu pada dirinya sendiri," ujar mantan wakilnya, Nick Shapiro.
Brennan, dalam sejumlah kesempatan pernah mengkritik Trump. Pekan lalu, ia menyarankan agar Trump lebih disiplin dalam melontarkan pernyataan. Tak hanya itu, Brennan juga memperingatkan Trump untuk tidak meremehkan Rusia.
Terpilihnya Trump telah membagi dunia memicu reaksi baik di AS mau pun di berbagai belahan dunia.
Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier menuliskan tanggapannya di surat kabar Bild pada Minggu waktu setempat. Ia memperingatkan dunia tengah menuju masa penuh gejolak.