Liputan6.com, Jakarta - Harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi, seperti Pertamax, Pertalite dan Pertammina Dex kompak naik di pertengahan Desember 2016. Kondisi tersebut akan memicu warga berbondong-bondong membeli Premium karena harga yang lebih murah.
Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Wiratmaja Puja mengungkapkan, pasti akan ada peralihan konsumsi dari BBM non subsidi, seperti Pertalite dan Pertamax ke Premium.
"Kalau BBM umum deltanya terlalu jauh dengan BBM penugasan, maka akan ada shifting sebagian. Penjualan Premium akan meningkat, dan kita sudah mengantisipasinya," kata dia saat ditemui di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (22/1/2017).
Pemerintah, diakui Wiratmaja bersama Pertamina sudah mengantisipasinya dengan ketersediaan stok Premium yang cukup di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tertentu.
Baca Juga
Advertisement
"Kita sediakan Premium. Tapi kayak di SPBU Pondok Indah, kan lingkungan masyarakatnya ada (penghasilan tinggi) masuk akal kalau tidak ada Premium. Kalau di SPBU pinggiran di mana banyak masyarakat tidak mampu ya harus ada Premium, sedangkan Solar semua SPBU harus ada," jelasnya.
Untuk menentukan mana SPBU di lingkungan masyarakat kaya dan tidak, dia bilang, Pertamina akan melaporkannya kepada pemerintah. "Tentu Pertamina lapor ke pemerintah," ujar Wiratmaja tanpa menyebut potensi kenaikan penjualan Premium akibat mahalnya harga BBM non subsidi.
Sebelumnya pada 16 Desember 2016, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM jenis Pertamax 92, Pertalite dan Dex Lite. Salah satu faktor kenaikan adalah melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data yang diperoleh Liputan6.com, di Jakarta, Jumat (16/12/2016), harga Pertalite naik dari 6.900 per liter menjadi Rp 7.050 per liter, harga Pertamax 92 naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 7.750 per liter dan Dex Lite naik dari Rp 6.750 per liter menjadi Rp 6.900 per liter.
Vice President Retail Fuel Marketing Pertamina Afandi mengakui, memang ada kenaikan harga sebesar Rp 150 per liter untuk tiga jenis BBM non subsidi tersebut. "Iya, Pertamax, Pertalite dan Dex Lite naik Rp 150," kata Afandi, saat berbincang dengan Liputan6.com.
Afandi mengungkapkan, penyebab harga BBM naik adalah kenaikan Harga Index Pasar (HIP) mencapai 8 persen, dan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar. "Dua minggu lalu, total HIP dan kurs naik 7 sampai 8 persen," ucap Afandi.
Menurut Afandi, perubahan harga Pertamax 92, Pertalite dan Dex Lite sebesar Rp 150 per liter berlaku untuk seluruh wilayah. Evaluasi harga BBM non subsidi memang dilakukan per dua minggu. "Kan biasa setiap dua minggu dievaluasi. Kenaikan Rp 150 untuk semua wilayah," tutup Afandi. (Fik/Gdn)