Liputan6.com, Jakarta Dalam sebuah penelitian tahun 2016, Linda Kaye, dosen senior di bidang psikologis mengidentifikasi beberapa ciri kepribadian yang terkait dengan penggunaan emoji di kalangan masyarakat.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu temuan kunci, orang-orang menggunakan emoji cenderung lebih menyenangkan secara alami. Hal ini membuktikan kebenaran yang serupa antara orang-orang yang lebih sering menggunakan ekspresi wajah atau berbagai intonasi saat tatap muka.
"Ini masuk akal karena mungkin orang di dunia nyata lebih tersenyum kepada orang-orang," kata Linda.
Faktor lain mengidentifikasi, orang-orang yang biasa menggunakan emoji lebih reseptif (kemampuan merespons orang lain) secara sosial dan empati sehingga membuat mereka lebih mudah didekati.
"Bisa dikatakan tentang bagaimana kita memahami satu sama lain dan bagaimana kita cenderung berinteraksi dengan orang-orang," kata Linda, menurut dikutip dari CNN, Senin (23/1/2017).
Penyelidikan lebih dalam menemukan, orang-orang yang lebih sadar berjumpa dengan orang lain, kurang menggunakan emoji sedih.
"Kami menemukan, presentasi diri berhubungan dengan menggunakan emoji sedih. Semakin banyak orang yang perhatian kepada orang lain, semakin sedikit mereka menggunakan emoji ini," jelas Linda.
Penggunaan emoji
Penelitian sebelumnya menemukan, hampir 80 persen dari orang yang termasuk dalam studi ini menggunakan emoji saat mengirim pesan singkat (SMS), sedangkan 76 persen menggunakan emoji di Facebook dan hanya 15 persen yang digunakan dalam surat elektronik (surel).
Kemunculan aplikasi dan situs dapat menyebabkan wawasan psikologis emoji bisa berkembang, seperti penggunaan emoji dalam pesan singkat mungkin tidak lagi menjadi pilihan.
Vyvyan Evans, profesor linguistik di Bangor University, Inggris percaya, menggunakan emoji adalah satu-satunya pilihan jika orang ingin berinteraksi secara produktif di masa depan.
"Seseorang yang tidak menggunakan emoji bukan komunikator yang efektif. Karena itu tidak efektif merangsang respons secara emosional," katanya.
Linda menyoroti salah satu contoh situs kencan, Match.com. Hasil survei pada situs tersebut menunjukkan, anggota memeroleh sukses yang lebih besar dalam menemukan kecocokan antara orang-orang yang menggunakan emoji lebih teratur dalam pesan daring. Survei tersebut juga menemukan, pengguna emoji di situs Match.com lebih cenderung ingin menikah.
Advertisement
Beralih ke emoji
Dalam dunia nyata, penggunaan gerakan tangan dan ekspresi memainkan peran penting dalam cara berkomunikasi dengan seseorang. Hal ini akan memmbantu menimbulkan rasa empati.
Di sisi lain, ketika orang yang sedang Anda ajak komunikasi dan ia memberikan emoji marah. Fakta orang tersebut marah mungkin tidak sejelas. Tapi penggunaan emoji yang marah menjelaskan, bagaimana orang itu merasa marah.
"Ini perubahan makna bagaimana seseorang harus menafsirkan teks. Emoji menjembatani komunikasi yang lebih efektif," ungkap Evan.
Apakah Anda suka emoji atau tidak, kemungkinan Anda akan menggunakan emoji di beberapa titik. Linda percaya, emoji lebih banyak digunakan untuk mengungkapkan pendapat yang benar terhadap sesuatu, misal selama survei ilmiah untuk memastikan pesan "tidak ambigu."
"Kami bisa menggunakan emoji dalam eksperimen psikologis," tambah Linda.
Kini, banyak museum, perusahaan, dan jaringan transportasi sudah beralih ke versi emoji, seperti penggunaan wajah smiley, mulai dari gembira menjadi sedih.
Tentunya, bukan menggunakan angka. Ketika meminta umpan balik pada layanan transportasi.
Tanggapan pengguna transportasi yang menggunakan emoji terasa lebih dalam dibanding menggunakan kata-kata biasa atau angka.