Liputan6.com, Jakarta Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir dinilai menjadi salah satu yang termahal di kawasan ASEAN. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya pungutan tidak resmi dan kebijakan pemerintah yang dirasa merugikan.
Pengamat Ekonomi Faisal Basri mencontohkan, rata-rata harga beras di Indonesia saat ini sebesar Rp 13 ribu per kg. Namun di Thailand harga komoditas tersebut sebesar Rp 4.500 per kg.
Advertisement
"Di Indonesia itu Rp 13 ribu per kg, tapi di Thailand cuma Rp 4.500 per kg. Jadi bedanya besar," ujar dia di acara SARA, Radikalisme dan Prospek Ekonomi Indonesia 2017 di Jakarta, Senin (23/1/2017).
Faisal mengungkapkan, penyebab mahalnya harga bahan kebutuhan pokok di Indonesia lantaran masih banyaknya pajak implisit (implicit tax). Sedangkan di negara lain hal tersebut tidak ada.
"Harga pangan melangit, terlalu banyak implicit tax, larangan segala macam. Implicit tax yang buat kita harus membayar mahal sekali. Negara-negara lain turunkan implicit tax untuk sektor pertanian. Karena untuk perut (pangan), implicit tax-nya jangan tinggi-tinggi, nanti yang rugi konsumen. Jadi harga tinggi yang untung bukan petani dan konsumen," jelas dia.
Dia menjelaskan, pajak implisit ini bukan berupa pajak secara umum. Namun pajak implisit seperti pungutan di distribusi, bea masuk dan keluar, dan larangan impor untuk bahan pangan tertentu.
"Implisit tax itu beban-beban yang akhirnya terwujud dalam harga yang makin tinggi, bukan pajak. Seperti pungutan, pembatasan impor, bea keluar, kuota impor," tandas dia.