Trump Terapkan Proteksi, RI Perlu Waspadai Banjir Produk China

Bila pemerintah AS melakukan proteksi maka China akan cari pasar lain termasuk Indonesia.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 23 Jan 2017, 14:08 WIB
Ratusan peti kemas di area JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Secara kumulatif, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Januari-September 2016, nilai ekspor sebesar US$ 104,36 miliar, turun 9,41% (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memproteksi dari serbuan produk negara lain menjadi kekhawatiran bagi Indonesia. Lantaran, Indonesia bisa menjadi pasar dari produk lain terutama China.

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi menerangkan, sasaran proteksi AS ialah menghadang produk China masuk ke AS. Dia mengatakan, dampak proteksi ini bersifat langsung dan tidak langsung. Untuk tidak langsungnya, akan berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.

"Saya khawatir sekali akan menjadi efek tidak langsung kepada kita. Donald Trump itu sasaran utamanya adalah China. China trading partner kita pertama. Kalau dia terganggu ekspor ke China juga akan terganggu. Trade dan lain-lain. Harus kita lihat segala segi. Tapi baru kita rasakan enam bulan ke depan," kata dia dalam acara bertajuk SARA, Radikalisme, dan Prospek Ekonomi Indonesia 2017, di Jakarta, Senin (23/1/2017).

Sofjan mengatakan, dampak langsungnya ialah akan terganggu perdagangan di dunia. Dia mengatakan, dengan proteksi maka China akan mencari pasar lain termasuk salah satunya Indonesia.

"Tapi akhir tahun mulai rasakan, sampai seberapa jauh tak bisa kompromi. Menurut saya nggak akan membiarkan produk China termasuk produk kita menyerbu pasar mereka (AS). Kita akan menghadapi saingan dan juga menghadapi pasar yang terganggu," jelas dia.

Dia mengatakan, beberapa sektor yang akan terganggu antara lain, garmen, sepatu dan kelapa sawit. Sofjan mengatakan, salah satu upaya untuk menghadapi tantangan tersebut ialah mengoptimalkan pasar dalam negeri.

Terlebih, Indonesia memiliki pasar yang besar dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa. Caranya, dengan mengoptimalkan industri dalam negeri.

"Kebijakan dalam negeri mendukung industri dalam negeri, industrialisasi dan sektor-sektor yang kita tahu menjadi kekuataan kita pertanian perkebunan," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya