Liputan6.com, Jakarta Tingkat tekanan darah seorang wanita sebelum dirinya hamil, dapat digunakan untuk memprediksi jenis kelamin bayi yang akan dilahirkannya, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Hypertension. Meskipun data studi tidak membuktikan hubungan sebab-akibat, tetapi ada hubungan kuat antara tingkat tekanan darah dengan jenis kelamin bayi.
Para ilmuwan menemukan bahwa wanita yang memiliki tingkat tekanan darah sistolik yang tinggi sebelum hamil (rata-rata 106 mmHg) cenderung memiliki anak laki-laki, sedangkan wanita yang memiliki tekanan darah yang lebih rendah (rata-rata 103 mmHg) cenderung memiliki anak perempuan.
Advertisement
Informasi baru ini menunjukkan bahwa tingkat tekanan darah ibu mungkin menjadi tanda bahwa ada sesuatu di tubuhnya yang memungkinkan dirinya untuk mengandung bayi laki-laki atau bayi perempuan selama masa kehamilannya.
Studi ini mengkaji mulai dari tekanan darah, trigliserida, kolestrol, dan kadar glukosa dari lebih 1.400 wanita yang sudah menikah di Liuyang, China, pada periode rata-rata 26,3 minggu sebelum akhirnya mereka hamil.
“Apa yang kami lihat di sini ialah, 'Adakah karakteristik fisiologis ibu sebelum dirinya hamil yang berkaitan dengan kemungkinan ia memiliki anak laki-laki atau perempuan?'. Dan satu-satunya hal yang terkait adalah tekanan darah,” ujar salah satu penulis studi dan juga seorang ahli endokrinologi di Mount Sinai Hospital di Toronto, Ravi Retnakaran, M.D., seperti dilansir dari Womansday, Senin (23/1/2017).
Walaupun temuan ini menarik, tetapi peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan bahwa memang benar tekanan darah seorang ibu dapat mempengaruhi jenis kelamin bayinya.
“Salah satu hal yang tidak kami inginkan ialah orang-orang berpikir, ‘Oh, kita bisa memanipulasi tekanan darah sebelum kehamilan, dengan demikian kita dapat mengubah kemungkinan untuk memiliki anak laki-laki atau perempuan’. Kami sama sekali tidak mengatakan seperti itu, karena kami tidak menunjukkan sebab dan akibat. Jadi saya pikir, cara yang benar dalam melihat temuan ini ialah, bahwa hal ini mungkin dapat memberitahu kita mengenai sesuatu yang sangat baru tentang fisiologi kita,” ujar Retnakaran.