Liputan6.com, Jakarta Wacana yang menyangkut suku, ras, agama antar golongan (SARA) dan radikalisme yang muncul ke permukaan menjadi perhatian investor. Saat ini, investor terus memantau untuk menanamkan modal ke Indonesia karena masalah tersebut.
"Sementara wait and see karena mereka nggak tahu mau ke mana," kata Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi dalam acara bertajuk SARA, Radikalisme, dan Prospek Ekonomi Indonesia 2017, di Jakarta, Senin (23/1/2017).
Baca Juga
Advertisement
Dia menerangkan, isu yang menyangkut SARA dan radikalisme mesti segera diselesaikan. Itu karena investor enggan mengambil risiko saat menanamkan modalnya. Apalagi, investor menaruh modalnya dalam jangka panjang.
"Saya pikir yang penting adalah, suasananya harus kita selesaikan. Masalah politik, radikalisme, SARA, saya pikir harus selesaikan dulu. Sehingga tidak mengkhawatirkan orang yang taruh uang disini. Kalau investasi kan jangka panjang," jelas dia.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan realisasi investasi sebesar Rp 863 triliun di tahun 2018. Realisasi ini meningkat
sangat drastis dibanding target investasi di 2017 sebesar Rp 678
triliun.
Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, tingginya target investasi di
tahun 2018 untuk menggapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1 persen.
Dia mengatakan, investasi merupakan amunisi yang bisa digenjot saat ini.
Pasalnya, komponen lain penopang pertumbuhan ekonomi seperti konsumsi, belanja pemerintah, dan ekspor sudah terbatas.